“Perempuan adalah kelompok paling rentan yang terkena dampak perubahan iklim. Berdasarkan data dari PBB, 80% perempuan menjadi kelompok terdampak dari adanya perubahan iklim dikarenakan peran utamanya sebagai perawat, penyedia makanan dan bahan bakar yang kemudian menyebabkan mereka lebih rentan terhadap dampak perubahan iklim,” ujar Abdurrahman.
Sementara itu, saat ini pemerintah Indonesia sedang fokus pada strategi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim di 6 sektor utama, yakni ketahanan pangan, ketahanan energi, kesehatan, penyediaan perumahan, infrastruktur, wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Kemen PPPA saat ini sedang menyusun kebijakan terkait integrasi gender dalam energi terbarukan melalui pelibatan kelompok perempuan dalam impelmentasi pilot project di Pulau Sumba dan program konservasi air Srikandi Sungai Indonesia.
Kedua program tersebut mengakomodasi kebutuhan yang berbeda dari masing-masing kelompok gender untuk mampu mendapat akses, berpartisipasi, mengontrol dan mendapatkan manfaat dari adanya kebijakan terkait energi terbarukan dan konservasi sungai.
BACA JUGA:
Pelatihan ini sendiri diketahui berlangsung hingga 17 November 2018 dan dihadiri oleh beberapa narasumber lainnya dari United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC), Adaptasi Perubahan Iklim dan Ketangguhan (APIK), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), dan perwakilan masyarakat yang dilanjutkan dengan kegiatan kunjungan lapangan untuk melihat dan berbagi pengalaman serta praktik terbaik terkait program atau kegiatan integrasi gender dalam perubahan iklim.
(Dinno Baskoro)