Lebih detail dr Natia menjelaskan para orangtua juga bisa memberlakukan konsep reward sebagai apresiasi untuk anak, saat anak berhasil melakukan toilet trainingnya tersebut.
“Bisa kasih reward ke anak, jadi anak merasa sudah merasa ada prestasi dengan berhasil duduk di toilet untuk pipis atau buang air besar. Namun untuk masa-masa awal jangan paksa anak, ikuti pace-ritme nya anak. Lakukan bertahap, jangan terlalu mepet-mepet waktunya. Bisa coba dorong anak dengan kasih reward yang positif, misalnya makanan sehat atau bisa juga “kalau kamu berhasil pipis di toilet, akhir pekan ini kita boleh deh jalan-jalan ke kebun bintang”. Bukan dengan menjanjikan sesuatu yang kurang baik, misalnya janji untuk diberi cokelat dalam jumlah banyak,” tambahnya.
Terakhir, dr Natia menyarankan untuk memakaikan anak training pants khusus saat masa-masa toilet training ini. Selain menghindari anak tersandung tetesan air seni nya sendiri juga pemakaian training pants ini membuat anak jadi mengetahui ada sensasi lembap dan basah yang ia rasakan karena air seninya tidak tercecer belepotan ke mana-mana. Para orangtua jug harus sadar bahwa setiap anak tidak ada pakemnya dan punya kesiapan yang berbeda-beda, jadi hindarilah membentak anak atau membanding-bandingkan anak saat ia gagal melakukan toiler training nya tersebut.
(Helmi Ade Saputra)