Peneliti Ungkap Trauma Orangtua Pengaruhi Gen Anak

Muhammad Sukardi, Jurnalis
Kamis 30 November 2017 13:00 WIB
Ilustrasi (Foto: Bustle)
Share :

Sementara sebuah penelitian tahun 2013 mengkonfirmasi bahwa anak-anak Finlandia yang dievakuasi benar-benar menghadapi kesulitan dan trauma psikologis yang lebih besar daripada anak-anak yang tinggal, studi NIH menunjukkan bahwa trauma dapat memiliki konsekuensi yang membebani generasi.

"Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa eksposur traumatis selama kehamilan dapat memiliki efek negatif pada keturunan," kata penulis studi Stephen Gilman, ScD.

"Di sini, kami menemukan bukti bahwa paparan trauma masa kecil seorang ibu - dalam hal ini perpisahan dari anggota keluarga selama perang - mungkin memiliki konsekuensi kesehatan jangka panjang untuk anak-anaknya," sambungnya.

Baca Juga:

Penulis co-penulis studi NIH, Dr. Torsten Santavirta, menambahkan, pengamatan pihaknya tentang risiko kejiwaan jangka panjang yang sampai ke generasi berikutnya adalah mengenai dan menggarisbawahi kebutuhan untuk mempertimbangkan manfaat serta risiko potensial saat merancang kebijakan untuk perlindungan anak.

Meskipun para peneliti tidak yakin mengapa peningkatan risiko penyakit jiwa diturunkan dari ibu ke anak, penelitian tersebut menyebutkan dua kemungkinan: Pertama, para periset percaya bahwa gaya pengasuhan pengungsi akhir yang traumatis dapat berdampak negatif pada anak perempuan mereka.

Selain itu, para periset juga percaya bahwa temuan mereka mungkin disebabkan oleh epigenetik. Sederhananya, epigenetika adalah cabang sains yang meneliti penanda genetik kita, dan cara lingkungan sekitar, budaya, dan pilihan gaya hidup kita dapat mempengaruhi perkembangan psikologis dan fisik. Warisan epigenetik secara khusus melihat bagaimana trauma orang tua kita dapat diturunkan dari generasi ke generasi.

Epigenetik masih merupakan bidang yang cukup baru, namun banyak ilmuwan percaya bahwa ini dapat membantu menentukan efek antimenerasi yang dimiliki rasisme dan xenofobia sistemik terhadap masyarakat yang terpinggirkan, terutama di Amerika Serikat.

Sebuah studi tahun 2013 menunjukkan bahwa perbedaan kesehatan antara orang kulit hitam Amerika - seperti stres kronis, tingkat kematian bayi yang lebih tinggi, dan berat lahir rendah - telah bertahan, sebagian, karena dampak negatif dari diskriminasi rasial.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita Women lainnya