Pulo Aceh, Sepenggal 'Surga' dari Ujung Barat Indonesia

Salman Mardira, Jurnalis
Selasa 17 November 2015 07:00 WIB
Pulo Aceh, sepenggal surga dari ujung barat Indonesia (Foto: Salman Mardira)
Share :

ACEH memiliki destinasi menarik di ujung nusantara yang masih alami. Namanya Pulo Aceh. Penasaran bukan?

Pulau paling barat Indonesia ini menawarkan keindahan bak sepotong tanah surga. Pulo Aceh yang berada di Kabupaten Aceh Besar menyimpan banyak potensi pariwisata baik wisata bahari, alam bahkan sejarah. Potensi ini tersebar di Pulo Nasi maupun Pulo Breuh, dua pulau berpenghuni di gugusan Kecamatan Pulo Aceh.

Pantai berpasir putih dengan laut biru kehijau-hijauan ada di mana-mana. Sebagian besar tersembunyi di balik-balik bukit atau rimbun pepohonan.

Bukan hanya di permukaan saja yang elok, sebagian pantainya juga menyimpan alam bawah laut memukau dan cocok untuk pecinta diving mapun snorkeling.

Hutan yang menyelimuti kedua pulau ini juga masih lebat. Kicauan burung dan binatang lain di balik rimbun pepohonan terdengar bersahutan selain debur ombak.

Pulo Aceh merupakan kecamatan kepulauan. Teradapat 10 pulau di sana, tapi hanya dua yang besar dan berpenghuni yakni Pulo Nasi dan Pulo Breuh (Breuh dalam bahasa Indonsia artinya beras).

Ada 17 gampong (desa) di kecamatan ini masing-masing lima desa di Pulo Nasi, 12 lainnya di Pulo Breuh. Penduduk dari kedua pulau ini lebih dari lima ribu jiwa, mayoritas bermata pencaharian petani dan nelayan.

Soal keindahan alam dan laut  kedua pulau ini tak perlu diragukan. Pulo Nasi yang lebih dulu kita temui saat berlayar dari Banda Aceh punya banyak objek menarik.

Begitu tiba di pelabuhan Pulo Nasi kita langsung bisa menikmati panorama teluk Lamteng dengan air biru jernih hingga terlihat ikan-ikan kecil berenang di atas pasir putih di dasarnya. Bebukitan hijau melengkung mengitari dermaga.

Berjalan 10 menit dengan sepeda motor dari sana, terdapat Pantai Deumit, yang berpasir putih dipadu batu-batu karang serta pepohonan hijau. Alam bawah lautnya siap memanjangan pecinta diving dan snorkeling.

Jika cuaca bagus, anda bisa menikmati suasana matahari terbit (sunrise) di sini dengan latar pegunungan Seulawah yang berada di seberangnya.

Potensi wisata lain yang bisa dinikmati di Pulo Nasi adalah Pantai Deudap, Pantai Nipah, Pantai Alue Riyueng, Pantai Mata Ie, serta bangunan mercusuar peninggalan kolonial Belanda yang masih aktiv memantau lalu lintas laut di ujung pulau.

Untuk mencapai pantai-pantai itu harus melewati jalanan penuh tanjakan dan turunan. Sebagian jalan sudah beraspal. Sepanjang perjalanan kita disuguhkan pemandangan memukau.

Sementara di Pulo Breuh, setengah jam pelayaran dari Pulo Nasi, kita juga bisa menikmati aneka panorama alam mulai dari Ulee Paya yang memiliki pantai berpasir putih dan bersandar boat-boat nelayan. Letaknya tak jauh dari pelabuhan Lampuyang, Ibu Kota Kecamatan Pulo Aceh.

Sepanjanh jalan utama Pulo Breuh hingga ke Meulingge, desa paling ujung pulau itu, bertabur objek-objek menarik.

Dari atas jalan kita bisa melihat misalnya Pantai Baluh, yang melengkung di kaki bebukitan dengan pasir putih dan laut biru kehijau-hijauan berpendar-pendar di sengat mentari.

Pantai ini sebanrnya sudah pernah dibangun beberapa koteks beberapa tahun lalu, namun kini terbengkalai dan sudah tertutup semak belukar akibat tak terurus. Pantai ini juga sering disinggahi penyu. Tak ada permukiman warga di sekitar pantai ini.

Setelah Baluh, terdapat Pantai Deumit yang garis pantainya mirip huruf V. Pemandangan tak kalau memukau setiba di Alue Raya. Dari atas bebukitan terlihat jelas pasir putih Pantai Rinon dan teluk Meulingge diantara hamparan laut biru berpadu onggokan bukit hijau.

Berjalan hingga ke ujung pulau, mata kita akan dimanjakan panorama Pantai Meulingge dengan pasir putih dan air jernih biru layaknya di kolam hotel bintang lima.

Di balik bebukitan Meulingge juga terdapat mercusuar William Toren III peninggalan Belanda yang berfungsi untuk memantau lalu lintas laut.

Pulo Breuh juga punya pantai cantik lainnya di Lapeng, namun jalanan ke sana sulit dilalui kendaraan. Alternatif satu-satunya harus naik boat.

Munzir, seorang warga Meulingge, Pulo Aceh optimistis, potensi wisata di sana bisa jadi pembangkit perekonomian masyarakat setempat jika pemerintah serius menggarapnya tanpa mengenyampingkan kearifan lokal.

"Sangat banyak tempat indah di sini, malah sekarang sudah ada bule-bule yang datang ke sini, mereka bawa tenda sendiri," ujarnya.

Syahril, tokoh masyarakat Pulo Nasi meminta wartawan mengekspos potensi wilayahnya, sehingga ada perhatian dari pemerintah. "Kalau untuk wisata, anda bisa lihat sendiri pulau kami," sebutnya.

Menurutnya warga pulau itu siap menyambut siapa saja yang berkunjung ke sana baik investor maupun wisatawan, asal tetap menjunjung tinggi kearifan lokal setempat.

Menyadari potensi wisata Pulo Aceh belum terekspos, Badan Pengembangan Kawasan Sabang (BPKS) yang ikut membawahi Pulo Aceh akhir pekan lalu menggelar festival bertajuk "Explore Destinasi Pulo Aceh".

Even dipusatkan di Pulo Nasi tersebut ikut mengundang para traveller, diver, blogger wisata dan jurnalis media lokal maupun nasional untuk menikmati Pulo Aceh.

Kegiatannya berupa fild trip, fun dive, atraksi jetsky, serta penampilan kesenian daerah ini diharapkan bisa mengangkat potensi dan keunggulan Pulo Aceh terutama dari sektor tourism.

Kepala BPKS, Fauzi Husein mengatakan, Pulo Aceh menyimpan banyak keindahan alam, pantai hingga panorama bawah laut serta terumbu karang. "Cocok dikembangkan sebagai destinasi wisata," katanya.

Menurutnya even ink harus menjadi momentum menghidupkan Pulo Aceh sebagai kawasan tujuan wisata untuk meningkatkan kegiatan perekonomian  masyarakat setempat.

“Untuk memajukan sektor pariwisata di Pulo Aceh maka perlu dibangun sarana dan prasarana agar menjadi sebuah tempat wisata yang menarik dan nyaman bagi wisatawan," ujarny.

Pemerintah Kabupaten Aceh Besar berencana menjadikan Pulo Aceh sebagai kawasan unggulan pariwisata, sehingga dibutuhkan even-even untuk promosi potensi dimiliki pulau ini.

"Butuh partisipasi semu pihak," kata Bupati Aceh Besar, Mukhlis Basyah.

Menurutnya selain wisata bahari, Pulo Aceh juga memiliki potensi wisata sejatah karena di kecamatan kepulauan ini ada makam-makan bersejarah seperti Makam Raja Kandang di Pulo Nasi, serta Mercusuar William Toren peninggalan Belanda setinggi 85 meter, dan berusia sekitar 139 tahun di Pulo Breuh.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita Women lainnya