BERTUKAR kursi di pesawat kerap kali dilakukan oleh penumpang dengan berbagai alasan. Namun semakin sering memintanya, akan menjadi kebiasaan yang buruk.
Seorang penumpang bernama JL Pomeroy mengatakan bahwa dirinya tidak pernah mau bertukar kursi dengan orang lain karena ia memilih kursi dengan alasan yang spesifik.
“Saya selalu berkata tidak. Saya selalu memilih kursi spesifik dengan alasan yang spesifik, dan seseorang menghendakinya di menit-menit terakhir,” ujar Pomeroy dikutip dari Traveller, Rabu (15/4/2015).
Alasan penumpang untuk bertukar kursi terkadang karena ingin berdekatan dengan keluarga atau kerabat dekat. Hal ini masih dapat dimaklumi. Namun ketika seseorang meminta bertukar kursi dengan alasan ingin mendapatkan kursi yang lebih nyaman adalah hal yang sulit diterima penumpang lain.
Jika seseorang tersebut berulangkali meminta bertukar kursi, maka terbentuk suatu etiket pada penumpang. Bertukar kursi menjadi sesuatu yang dianggap wajar oleh mereka.
“Ini adalah sedikit nilai yang tidak mereka mengerti. Ini benar-benar kurang kesadaran. Ini adalah sebuah transaksi,” ujar seorang konsultan bernama Joanna Bloor.
Seorang bernama Tom Nickerson juga pernah mengalami pengalaman yang tak enak mengenai hal ini. Ketika dirinya berada di dalam sebuah pesawat jet, ia mendapati kursinya telah diduduki seorang perempuan. Ia pun mengatakan bahwa kursi itu miliknya. Alih-alih berpindah tempat, si perempuan justru menjawab dan menunjukkan bahwa ia memang sengaja ingin duduk di kursi itu.
Hal yang sama juga dialami oleh Darlene Marshall. Saat ia tiba pada kursinya, ia mendapati seorang perempuan telah tidur di kursinya. Penumpang lain mengatakan bahwa perempuan itu tidak bisa tidur di kursinya sendiri, sehingga ia mengambil posisi kursi Marshall.
Alasan semacam ini tentu saja membuat penumpang lain merasa terganggu. Dengan keegoisan, penumpang merasa bebas duduk di kursi mana pun yang mereka suka.
(Yogi Cerdito)