JAKARTA – Perjalanan Deddy Corbuzier menjadi mualaf sebelum menikahi Sabrina Chairunnisa. Deddy Corbuzier mantap memeluk agama Islam sebelum menikah dengan Sabrina Chairunnisa. Keputusan itu tidak datang secara tiba-tiba, melainkan melalui perjalanan panjang yang penuh pertimbangan dan pencarian.
Sejak kecil, Deddy tumbuh di lingkungan keluarga dengan latar belakang agama yang beragam. Neneknya beragama Islam, kakeknya Buddha, ayahnya Katolik, ibunya Buddha, sementara sang kakak menganut Protestan. Situasi ini membuat Deddy terbiasa dengan berbagai tradisi, mulai dari merayakan Natal hingga ikut merasakan suasana Lebaran bersama keluarganya.
Setelah ayahnya meninggal, Deddy mengaku tidak lagi rutin beribadah di gereja. Justru, ia semakin dekat dengan teman-teman Muslim yang banyak ditemuinya dalam keseharian. Dari kebiasaan mendengar azan, melihat orang sholat, hingga penggunaan ucapan Islami, semua itu pelan-pelan membentuk pandangan baru baginya. Ia merasa lebih memahami ajaran Islam dibandingkan agama sebelumnya.
Pertemuannya dengan Gus Miftah menjadi salah satu momen penting yang menguatkan keyakinannya untuk bersyahadat. Namun, sebelum mengambil langkah itu, ia berpamitan kepada sejumlah pastor. Menariknya, tidak ada penolakan atau kemarahan. Justru, para pastor menasihati agar keputusan itu dijalani dengan sungguh-sungguh, sekaligus mengingatkan bahwa nilai-nilai kebaikan yang pernah ia pelajari sebelumnya tetap bisa dijaga.
Deddy juga menyinggung bagaimana para pastor menanggapi keputusannya.
“Pastor saya dan semuanya, tidak ada satu pun yang bikin konten atau ngomong. Bahkan pastor saya pribadi hanya bertanya, ‘Kamu yakin?’ Lalu saya jawab, ‘Iya.’ Dan dia hanya bilang, ‘Oke,’” ungkap Deddy dalam podcastnya.
Bagi Deddy, Islam bukan sekadar pilihan emosional, melainkan keputusan yang sesuai dengan logika dan cara berpikirnya. Ia menilai sholat lima waktu, misalnya, sebagai bentuk pengingat yang masuk akal agar manusia senantiasa dekat dengan penciptanya.
Dalam sebuah pernyataannya di podcast Curhat Bang Denny Sumargo, Deddy menegaskan:
“Agama harus berjalan dengan logika, menurut gue. Contoh paling sederhana, sholat lima waktu itu logika. Mengingatkan kita pada pencipta, itu ada logikanya menurut gue. Terus banyak sekali cerita-cerita di Qur’an dan sebagainya, menurut gue banyak sekali, logikanya tuh banyak sekali.”
Meski begitu, ia juga menegaskan bahwa semua agama mengajarkan kebaikan, dan keyakinan tetap bersifat personal.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)