Putri juga menyoroti stigma yang kerap dilekatkan pada perempuan di dunia politik, seperti anggapan bahwa politik keras, maskulin, penuh patriarki, dan memerlukan modal besar. Menurutnya, tantangan ada di semua bidang pekerjaan.
“Mungkin kalau di politik bedanya lebih sering terekspos, tapi sebenarnya tidak selalu seperti itu,” jelasnya.
Terkait pandangan meremehkan terhadap dirinya, Putri memilih untuk tetap fokus dan cuek.
“Perempuan sering serba salah. Kalau tegas dibilang galak, kalau kompromi dibilang lemah. Kuncinya ada di cara kita menyikapinya,” tuturnya.
Bagi Putri, siapa pun yang ingin menjadi pemimpin baik perempuan maupun laki-laki harus memiliki jiwa kepemimpinan.
“Kita bersaing dengan orang-orang hebat, jadi penting untuk memimpin diri sendiri, mengelola tim, dan punya visi yang jelas,” pungkasnya.
Bagi Putri Zulhas, politik adalah perpanjangan tangan dari mimpinya membantu banyak orang. Jika dulu ia membukakan pintu rezeki lewat usaha, kini ia ingin membukakan jalan lewat kebijakan. Panggilan hati itulah yang membuatnya percaya, setiap langkah di dunia politik adalah kesempatan untuk meninggalkan jejak berarti bagi bangsa.”
(Kurniasih Miftakhul Jannah)