Sementara itu, untuk SMP/sederajat terdapat 15 jenis pemeriksaan. Salah satunya adalah skrining talasemia dan tes kadar hemoglobin melalui pengambilan darah sederhana di ujung jari. Sementara untuk siswa SMA/sederajat terdapat 14 jenis pemeriksaan, dengan penambahan aspek pemeriksaan kesehatan reproduksi.
“Pelaksanaan dilakukan dengan dua ruangan, satu untuk pemeriksaan fisik seperti gizi, tekanan darah, dan gigi, serta satu lagi untuk mata dan telinga. Tambahan di lapangan digunakan untuk cek kebugaran oleh guru PJOK,” ujar Maria.
Program ini dilaksanakan melalui kolaborasi antara tenaga kesehatan dari puskesmas dan guru atau tenaga kependidikan di sekolah. Persiapan teknis dilakukan tujuh hari sebelum pelaksanaan, meliputi pembagian kuisioner kepada siswa dan orang tua serta koordinasi antara sekolah dan puskesmas.
“Anak-anak SMP dan SMA bisa mengisi sendiri, (sementara untuk) SD dibantu orang tua. Ini jadi logistik dan personel yang akan disiapkan,” lanjut Maria.
Tindak lanjut hasil pemeriksaan dibagi dua, yaitu individu dan kelompok. Anak dengan masalah akan dirujuk ke puskesmas, sementara jika ditemukan banyak anak yang obesitas atau kurang bugar, sekolah dan puskesmas akan menyusun program edukasi bersama.
Kepala Kantor Komunikasi Presiden, Hasan Hasbi, menyebut program ini sebagai bentuk nyata pendekatan jemput bola yang kini diterapkan pemerintah.
“Bukan hanya masyarakat yang datang ke fasilitas kesehatan, tapi kini pemerintah yang hadir langsung ke sekolah-sekolah,” ujarnya.
Acara kick-off nasional CKG Sekolah akan berlangsung serentak pada 4 Agustus 2025 di 12 lokasi sekolah, madrasah, dan pesantren yang tersebar di berbagai daerah, termasuk Jakarta, Bandung, Semarang, Sidoarjo, dan Tangerang.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)