Arti Mitos Kejatuhan Cicak, Benarkah Tanda Musibah dan Kabar Duka?
ARTI mitos kejatuhan cicak mulai dari datangnya penyakit hingga kabar duka. Kejatuhan cicak sering kali dianggap sebagai pertanda buruk dalam masyarakat.
Meski tergolong sebagai hewan kecil yang umum ditemui di dinding rumah, cicak ternyata menyimpan berbagai makna simbolis menurut kepercayaan turun-temurun.
Berikut sejumlah mitos populer terkait cicak yang jatuh ke tubuh manusia yang dirangkum Okezone, Rabu (2/7/2025).
1. Kejatuhan Cicak Dianggap Sebagai Tanda Datangnya Penyakit
Dalam sebagian masyarakat, cicak dipercaya sebagai media untuk mengirimkan energi negatif seperti santet atau penyakit. Konon, seorang dukun bisa menggunakan cicak untuk menyampaikan niat buruk kepada korban. Oleh karena itu, tak sedikit orang yang menghindari keberadaan cicak, terutama jika berada di atas kepala.
Menurut kepercayaan masyarakat, terkena kotoran cicak diyakini dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh, sehingga disarankan untuk segera membersihkan diri secara menyeluruh.
2. Menandakan Kesialan atau Musibah
Dalam ajaran Hindu, cicak yang jatuh di bagian paha atau kaki dianggap sebagai tanda akan datangnya nasib buruk. Mulai dari gangguan kesehatan, rencana yang gagal, hingga masalah keuangan bisa jadi dampak yang ditakutkan.
Tak hanya itu, cicak yang memanjat tubuh atau kaki seseorang juga dipercaya sebagai pertanda datangnya masalah atau kehadiran orang yang merugikan.
3. Pertanda Kehancuran Jika Cicak Jatuh di Punggung
Masih dari kepercayaan Hindu, apabila cicak terjatuh di bagian punggung seseorang, maka diyakini bahwa orang tersebut akan menghadapi tekanan besar dalam hidup, khususnya dalam hubungan keluarga atau sosial. Sebaliknya, cicak yang terjatuh di area bokong dipercaya membawa pertanda positif, seperti datangnya rezeki, bertambahnya jaringan pertemanan, dan kemajuan dalam karier.
4. Kejatuhan Cicak di Kepala, Simbol Kabar Duka
Salah satu mitos yang cukup menyeramkan adalah cicak yang jatuh di atas kepala. Banyak masyarakat percaya bahwa hal ini menjadi tanda datangnya musibah atau bahkan kematian dalam keluarga. Kepercayaan ini berkembang luas dan masih dipegang teguh oleh sebagian masyarakat Indonesia.
5. Jika Jatuh di Paha, Waspadai Orang Sekitar
Mitos lain menyebutkan bahwa cicak yang jatuh di paha bisa menandakan datangnya musibah dari orang lain. Jika jatuh di paha kanan, kemungkinan masalah datang dari orang yang dikenal. Sebaliknya, jika jatuh di paha kiri, bisa jadi musibah datang dari orang asing yang belum pernah ditemui.
6. Pertanda Positif Jika Jatuh di Tangan
Tak semua mitos cicak bermakna negatif. Cicak yang jatuh di tangan justru dipercaya sebagai sinyal keberuntungan. Pertanda ini bisa berarti mendapatkan pekerjaan baru, rezeki lancar, hingga pengakuan dari orang sekitar. Di beberapa budaya Eropa, cicak yang merayap di tangan bahkan dianggap sebagai simbol seseorang yang akan menolong banyak orang.
7. Mitos Kejatuhan Cicak Berdasarkan Jenis Kelamin
Selain lokasi jatuhnya cicak, mitos ini juga dikaitkan dengan gender seseorang. Berikut perbedaannya:
Untuk Laki-Laki:
- Cicak jatuh di depan: pertanda kekayaan mendadak.
- Di mata kiri: kabar baik akan datang.
- Di mata kanan: usaha akan gagal.
- Di telinga kiri: akan mendapat uang.
- Di bibir atas: potensi pertengkaran.
- Di bibir bawah: keberuntungan finansial.
- Bermimpi kejatuhan cicak: rasa takut terhadap pemerintah.
Untuk Perempuan:
- Di mata kiri: pertanda pasangan makin cinta.
- Di mata kanan: tekanan emosional atau stres.
- Di pipi kanan: akan melahirkan anak laki-laki.
- Di kuku: konflik sedang terjadi.
- Di bibir bawah: akan mendapat hal-hal baru dalam hidup.
- Di paha: pertanda momen romantis akan hadir.
Meski terdengar mistis, mitos kejatuhan cicak telah menjadi bagian dari budaya dan kepercayaan banyak orang. Baik sebagai pertanda baik maupun buruk, informasi ini sebaiknya disikapi dengan bijak. Jangan mudah panik, karena semua kembali pada keyakinan masing-masing. Tetap utamakan logika, tetapi tak ada salahnya menghargai tradisi yang telah diwariskan secara turun-temurun.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)
