Dirjen Rizka juga mengungkapkan, SATUSEHAT Logistik lahir dari kondisi terfragmentasinya sistem pencatatan dan pelaporan data obat dan alat kesehatan (alkes). Menurutnya, situasi ini menyulitkan monitoring di tingkat daerah maupun nasional, sementara kebutuhan masyarakat terhadap obat dan alkes tertentu di setiap wilayah berbeda-beda.
Sebelumnya, teknologi SMILE yang merupakan hasil kolaborasi antara Kemenkes, UNDP, dan Gavi telah terbukti mampu memantau rantai pasok vaksin Covid-19 selama pandemi. Senada dengan Dirjen Rizka, Resident Representative of UNDP Indonesia Norimasa Shimomura menyatakan, dengan mengadopsi sistem yang terdapat dalam SMILE, SATUSEHAT Logistik diharapkan dapat membantu pelacakan distribusi vaksin dan obat-obatan.
“SMILE memungkinkan pelacakan digital distribusi vaksin dari provinsi, kabupaten, hingga puskesmas. Sistem monitoring pada SMILE dapat mencegah kelebihan dan kekurangan stok vaksin,” ujar Resident Representative of UNDP Indonesia Norimasa Shimomura.
Bersama dengan UNDP Indonesia dan Gavi, Kemenkes mengelola pengiriman 450 juta dosis vaksin Covid-19 kepada setidaknya 185 juta orang hanya dalam satu tahun.
Saat ini, SMILE membantu mengelola lebih dari 800 juta dosis vaksin dan 100 juta dosis obat di 10.000 fasilitas kesehatan di 38 provinsi. Fungsinya telah diperluas untuk mencakup berbagai komoditas kesehatan, termasuk imunisasi rutin, tuberkulosis, malaria, HIV, rabies, dan pengelolaan limbah medis.
(Leonardus Selwyn)