DERETAN suku dunia yang nyaris punah dibahas dalam artikel ini. Kondisi itu sekaligus menjadi pengingat bahwa keragaman budaya terancam hilang jika tak ada tindakan nyata untuk melestarikannya.
Sejarah panjang umat manusia memperlihatkan bagaimana suku dan masyarakat adat muncul dan menghilang akibat perubahan lingkungan dan interaksi dengan peradaban lain.
Saat ini, dunia menghadapi kenyataan pahit di mana banyak suku berisiko menghadapi kepunahan. Suku apa saja? Berikut ulasannya dikutip dari Wanderlust Magazine.
Suku Akuntsu, yang dulu hidup damai di Hutan Rondonia, Brasil, mengalami tragedi akibat keserakahan dan genosida. Setelah pembukaan wilayah untuk pembangunan pada era ‘80-an, mereka menjadi target kekerasan.
Setelah serangan brutal pada 1990, hanya empat anggota suku yang tersisa. Kondisi itu membuat mereka berjuang keras untuk bertahan hidup, ditambah dengan adanya larangan adat untuk menikah dengan orang luar.
Suku dunia yang nyaris punah berikutnya adalah Jarawa, suku asli terakhir yang mendiami Kepulauan Andaman, India. Menariknya, suku ini baru membuka diri pada dunia luar sekitar tahun 1998.
Meskipun masih bergantung pada cara hidup tradisional dengan berburu dan memancing, namun suku yang hanya tersisa 400 orang ini terancam punah karena penebangan hutan.
Sebagai nelayan yang menetap di pesisir timur Baltik selama lebih dari 4.000 tahun, orang Livonia mengalami penurunan signifikan dalam populasi akibat perang dan asimilasi paksa.
Saat ini, hanya tersisa 200 orang Livonia di kawasan itu. Meski ada harapan dengan ditemukannya penutur asli bahasa Liv, namun budaya mereka dinilai rentan punah. Upaya melestarikan bahasa itu kini dilakukan melalui program pendidikan di Universitas Latvia.
Suku dunia yang nyaris punah berikutnya adalah Suku Nukak. Satu dari 32 masyarakat adat di Kolombia ini terancam menghilang dari peradaban dunia akibat konflik bersenjata dan eksploitasi sumber daya alam.
Setelah berinteraksi dengan dunia luar pada 1988, setengah dari populasi Nukak dilaporkan meninggal dunia. Sementara anggota suku yang lebih muda meninggalkan tradisi mereka yang membuat komunitas ini hanya tersisa 420 orang.
Suku El Molo, yang merupakan kelompok etnis terkecil di Kenya, tinggal di pesisir Danau Turkana. Hidup terisolasi, mereka bergantung pada sektor perikanan.
Namun kondisi danau yang tercemar dan menyusut, membuat kehidupan suku El Molo terancam. Apalagi sebagian besar generasi muda suku ini mulai belajar bahasa Inggris dan meninggalkan akar budayanya.