Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Wanita Ini Terkena Penyakit Mematikan Usai Ikuti Diet Ketat, Kok Bisa

Adelia Tiara Soesanto , Jurnalis-Senin, 23 September 2024 |13:00 WIB
Wanita Ini Terkena Penyakit Mematikan Usai Ikuti Diet Ketat, Kok Bisa
Wanita ini alami penyakit mematikan usai jalani diet ketat. (Foto: Freepik.com)
A
A
A

SEORANG ilmuwan terkemuka yang pernah bekerja di dua perusahaan farmasi besar dan mendirikan perusahaan bioteknologi dr. Vivienne Cox, percaya bahwa diet 5:2 yang dia jalani telah menyebabkan penyakit neuron motorik (MND).

Seperti diketahui, dr. Cox sedang berusaha menjaga kebugaran tubuh sebelum ulang tahun yang ke-60. Namun dia mengklaim bahwa diet populer mungkin telah memicu timbulnya penyakit MND.

Mantan ahli mikrobiologi yang pernah bekerja di perusahaan farmasi ternama ini menduga bahwa diet 5:2, yang telah dipopulerkan oleh dr. Michael Mosley, menjadi penyebab munculnya penyakit MND yang dia alami. Setelah menjalani serangkaian pemeriksaan, dr. Cox menemukan bahwa dirinya memiliki mutasi gen yang menyebabkan tubuhnya memproduksi protein beracun, yang berdampak pada metabolisme energi sel.

Sebelumnya, dietnya yang kaya akan gula dan karbohidrat mampu mengimbangi kekurangan energi tersebut. Dokter Cox mencurigai bahwa dorongan kuatnya untuk berolahraga memicu munculnya penyakit amyotrophic lateral sclerosis (ALS), salah satu bentuk MND yang berakibat fatal.

Diet

"Saya menjalani hidup dengan santai dan cukup menikmati usia 50-an, dengan menyantap makanan enak, minum minuman beralkohol, serta sering menikmati kudapan manis. Saya merasa cukup sehat karena sering berkebun dan berjalan-jalan di pedesaan, yang merupakan hobi utama saya. Kemudian, saat diet puasa berkala yang dipopulerkan oleh Michael Mosley menjadi tren, kemudian saya memutuskan untuk mencoba diet 5:2," katanya, sebagaimana dilansir dari Mirror, Senin (23/9/2024).

"Setelah itu berat badan saya naik sedikit, jadi saya menjalani diet tersebut dengan antusias. Kemudian berat badan saya langsung turun sekitar enam kilogram dan saya merasa cukup baik. Saya juga mengurangi gula rafinasi dan membatasi asupan karbohidrat," ujar dr Cox.

Seperti diketahui, diet 5:2 melibatkan puasa berkala, di mana seseorang makan seperti biasa selama lima hari, kemudian membatasi asupan kalori sekitar 25 persen dalam jangka waktu dua hari puasa yang tidak berurutan. Berdasarkan laporan Gloucestershire Live, salah satu penelitian di Amerika Serikat menyebutkan bahwa diet 5:2 sangat efektif untuk menurunkan berat badan dan sebanding dengan diet pembatasan kalori.

Diet ini juga dikaitkan dengan peningkatan fungsi otak dan penurunan risiko penyakit jantung. Namun, setelah menjalani diet tersebut selama dua tahun, dr. Cox mulai mengalami gejala yang sangat mengkhawatirkan, seperti gaya berjalan yang tidak seimbang, sering tersandung, dan bahkan patah tulang akibat terjatuh.

Sebagai seorang ilmuwan, dia langsung menyelidiki penyebab dari masalah-masalah ini. Kini, dia meyakini bahwa kondisi kesehatannya tersebut disebabkan oleh puasa intermiten, yang merupakan komponen utama dari diet 5:2. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa individu yang mengidap MND mungkin memiliki kondisi "hipermetabolisme", yaitu ketika tubuh mereka membakar energi lebih cepat dari rata-rata.

NHS memperingatkan agar masyarakat tidak mengikuti diet yang tidak aman, seperti puasa berkepanjangan atau menghindari kelompok makanan tertentu. Sebaliknya, NHS merekomendasikan olahraga teratur dan pola makan yang seimbang. Untuk mencapai penurunan berat badan sekitar 0,5 hingga satu kilogram per minggu, NHS menyarankan pengurangan asupan kalori harian sebesar 600 kalori.

(Leonardus Selwyn)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement