Pada kesempatan itu Menparekraf Sandiaga Uno juga berbagi tentang konsep dalam membuat konten. Ia menyebutnya sebagai konsep POST. Yakni diawali dengan plan, bahwa seorang santri harus bisa merencanakan konten yang jelas. Selanjutnya optimize, yakni mengoptimalkan konten untuk platform dengan karakteristik.
Kemudian share, yakni membagikan konten ke komunitas yang tepat. Dan track, yakni memantau kinerja konten yang telah dihasilkan.
(Foto: dok. Kemenparekraf)
"Inilah saatnya kalian membuktikan bahwa santri mampu tidak hanya berjihad di jalan ilmu, tapi juga menjadi digitalpreneur yang menciptakan lapangan kerja baru bagi diri sendiri dan orang lain," tandasnya.
Sementara, Pembina Yayasan Pondok Pesantren Mabadi'ul Ihsan sekaligus Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara Reformasi Birokrasi, Abdullah Azwar Anas, menyampaikan apresiasi atas kehadiran program Santi Digitalpreneur Indonesia. Ia mengatakan, salah satu segmen terbesar di Indonesia adalah pesantren.
"Dan dia (santri) perlu diadaptasi secara digital dan entrepreneurship, agar turut mempromosikan pariwisata dan ekonomi kreatif. Ini ke depan harus dilanjutkan dan mudah-mudahan ini akan membawa efek yang positif bagi para santri untuk lebih percaya diri. Karena pintar saja tidak cukup, tapi juga harus percaya diri," ungkap Azwar Anas.
(Rizka Diputra)