Seorang wanita asal Jerman menghabiskan uang hampir Rp3 miliar atau tepatnya Rp2,9 miliar untuk mengubah dirinya menjadi manusia cyborg.
Lina Lorenzen, wanita usia 36 tahun, menjalani serangkaian prosedur modifikasi tubuh, termasuk lebih dari 200 tato dan implan subdermal, demi menyempurnakan penampilannya. Transformasi ini bukan tanpa tantangan, karena dia sering kali mendapat perhatian yang tidak diinginkan dan penilaian negatif dari masyarakat.
Dinukil What's The Jam, Kamis (20/9/2024), Lina berbagi kisahnya tentang perjuangan yang ia hadapi sehari-hari.
“Anak-anak pada dasarnya memiliki rasa ingin tahu, jadi saya mengerti jika mereka menatap sesuatu yang tidak mereka kenal,” kata Lina dalam sebuah wawancara dengan What's The Jam.
"Saya mencoba menanggapi dengan senyuman atau lambaian ramah, harapannya penampilan saya akan menjadi lebih diterima dan menumbuhkan rasa penerimaan," harapnya.
Sayang hal tersebut tidak selalu berjalan mulus, Lina kerap merasa dihakimi atau dikucilkan orang karena penampilannya. Meski demikian, dia tetap teguh dalam memilih untuk menjalani hidupnya sesuai keinginannya.
“Pada akhirnya, saya memilih untuk mengelilingi diri saya dengan orang-orang yang menghargai saya apa adanya, bukan hanya penampilan saya."
Perubahan tubuh Lina terinspirasi dari seni surealisme dan biomekanik, ini menjadi bagian dari perjalanan ekspresi dirinya.
“Tato adalah bagian dari ekspresi diriku yang terus berkembang, jadi aku tidak merasa akan berhenti dalam waktu dekat,” tambahnya.
Bahkan, dia sudah menjadwalkan beberapa sesi tambahan untuk mendapatkan lebih banyak modifikasi tubuh di masa depan. Lina juga menegaskan bahwa modifikasi tubuhnya tidak memengaruhi status hubungannya.
"Status hubungan saya tidak bergantung pada penampilan. Saya percaya bahwa hubungan sejati terbentuk pada tingkat yang lebih dalam daripada penilaian yang dangkal,” jelasnya.
Bagi Lina, setiap tato dan implan bukan hanya ornamen visual, melainkan representasi dari perjalanannya dalam melampaui batasan konvensional.
“Setiap kali saya mendapatkan yang baru, itu seperti menambahkan lapisan lain ke cerita saya,” tutupnya dengan keyakinan penuh.
(Kemas Irawan Nurrachman)