MOMEN kemerdekaan Indonesia yang dirasakan saat ini tidak lepas dari perjuangan para pejuang dalam merebut kemerdekaan Indonesia. Tak hanya di dunia militer, Indonesia juga memiliki pejuang dalam dunia kesehatan.
Salah satu pejuang Indonesia dari dunia medis yang terkenal adalah dr. Cipto Mangunkusumo. Lantas siapakah sebenarnya dr Cipto Mangunkusumo? dan apa pengaruhnya dalam kemerdekaan Indonesia? Merangkum dari berbagai sumber, Minggu (18/82024) berikut ulasannya!
Dokter Cipto Mangunkusumo adalah tokoh pergerakan Indonesia Lulusan Sekolah Dokter Jawa (STOVIA) Jakarta. Berlatar belakang keturunan bangsawan Jawa yang lahir di Desa Pecangakan, Jepara, Jawa Tengah, pada 4 Maret 1886, Cipto Mangunkusumo merupakan putra pertama dari Mangunkusumo.
Karier ayahnya berawal dari guru Bahasa Melayu kemudian menjadi kepala sekolah sekolah dasar. Selanjutnya menjadi pembantu administrasi Dewan Kota di Semarang. Sedangkan ibunya adalah keturunan tuan tanah di Mayong, Jepara. Cipto Mangunkusumo dididik menjadi anak jujur, berpikiran tajam, rajin, dan sangat cerdas.
Oleh karena itu, dia mampu menamatkan sekolah dengan baik di Stovia, kemudian menjadi dokter di Jakarta. Setelah menjadi dokter, Cipto Mangunkusumo bekerja pada pemerintah di Jakarta hingga pindah ke Demak. Organisasi Budi Utomo merupakan harapan Cipto Mangunkusumo sebagai wadah bagi 'Tiga Serangkai' dalam berpolitik.
Namun karena cekcok atau perbedaan keinginan antara dia dengan Radjiman Wedyodiningrat, salah satu pendiri Budi Utomo, yang menginginkan organisasi sebagai gerakan kebudayaan bersifat Jawa sentris, dia mengundurkan diri. Cipto Mangunkusumo beranggapan Budi Utomo tidak bisa mewakili aspirasinya.
Karena memiliki rasa cinta tanah air dan prihatin melihat kondisi kesehatan rakyat, Cipto Mangunkusumo memberikan pengobatan gratis. Setelah itu, dia melanjutkan kegiatan lain yaitu menjadi seorang dokter di Solo. Dia juga mendirikan sebuah organisasi yang bergerak di bidang sosial yaitu Klub Raden Ajeng Kartini.
Dia mendirikan Indische Partij bersama Douwes Dekker dan Ki Hajar Dewantara pada 1912. Partai politik pertama di Hindia Belanda ini menginginkan terbentuknya kerja sama antara orang-orang Indo dengan pribumi serta membangun patriotisme terhadap Tanah Air. Akibat tulisan dan sepak terjang Cipto Mangunkusumo yang dianggap berbahaya oleh Belanda.
Dia diberhentikan dari tugasnya sebagai dokter pemerintah Belanda. Bukan hanya itu, dia juga ditangkap lalu diasingkan ke Belanda pada 1913. Meski berada di negeri penjajah tanah airnya, Cipto Mangunkusumo tetap melancarkan aksi politiknya.
Sekembalinya ke Indonesia pada tahun berikutnya, Cipto tak berhenti bergerak untuk membela hak masyarakat. Dia dijadikan tahanan kota di Bandung oleh pemerintah Belanda pada 1920. Di sana dia bertemu Soekarno, yang kemudian bersama-sama membentuk Partai Nasional Indonesia (PNI).
Pada 1927, Cipto lagi-lagi dibuang oleh Belanda, yaitu ke Banda, Maluku. Dari sana, Cipto yang sakit-sakitan dipindahkan ke beberapa tempat, sebelum akhirnya dipulangkan ke Sukabumi pada 1940. Menjelang ajal, kesehatan Cipto semakin memburuk. Cipto Mangunkusumo meninggal dunia pada 8 Maret 1943 di Jakarta dalam usia 57 tahun.
(Leonardus Selwyn)