Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Hebat, Mahasiswa di Malang Ciptakan Alat Deteksi Rematik Melalui Kuku

Avirista Midaada , Jurnalis-Selasa, 13 Agustus 2024 |14:51 WIB
Hebat, Mahasiswa di Malang Ciptakan Alat Deteksi Rematik Melalui Kuku
Mahasiswa Malang sukses ciptakan alat deteksi rematik melalui kuku. (Foto: Humas UMM)
A
A
A

MAHASISWA asal Malang menciptakan inovasi alat deteksi rematik melalui kuku. Inovasi alat mencegah rematik ini diiniasi oleh lima mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).

Kelimanya yakni Vhirdausia, Frenischa Yincenia W, dan Desta Karina, mahasiswa Program Studi (Prodi) Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan (Fikes), Abi Mufid Octavio dan Muhammad Lutfi, yang merupakan mahasiswa Prodi Teknik Mesin Fakultas Teknik (FT), menciptakan alat pendeteksi rematik melalui kuku, karena penyakit rematik, merupakan penyakit autoimun dengan gangguan peradangan jangka panjang pada sendi.

Ketua tim pembuatan alat rematik Abi Mufid Octavio menjelaskan, bahwa jika penyakit rheumatoid arthritis ini sudah memasuki masa akut, maka tidak dapat disembuhkan sehingga dapat menyebabkan kelumpuhan.

Maka perlu adanya identifikasi sedini mungkin untuk mengetahui seseorang berpotensi terkena penyakit rematik atau tidak. Menariknya, alat tersebut telah diuji cobakan kepada lebih dari 100 sampel dan mendapatkan respon yang positif. 

“Umumnya penyakit ini sering ditemui pada lansia, tetapi tidak menutup kemungkinan orang dewasa ataupun para remaja juga dapat mengalaminya. Sampel kami ada banyak mulai dari remaja, dewasa, dan lansia. Setelah menggunakan alat kami untuk deteksi dini kemudian melakukan re-check lebih lanjut ternyata didapati hasil yang efektif,” kata Abi Mufid Octavio, dikonfirmasi pada Selasa (13/8/2024).

Alat deteksi rematik

Abi sapaan akrabnya melanjutkan bahwa alat tersebut bekerja dengan menganalisis kondisi kuku, mulai dari tekstur, ridging atau berlubang, kuku menguning, rapuh dan pendarahan serpihan. Yang mana kondisi visual tersebut tidak dapat dilihat secara langsung lewat mata telanjang. Selanjutnya jika ditemukan indikasi rematik, maka akan dilakukan observasi lebih lanjut dengan dokter.

“Indikasi rematik itu ada banyak, dan alat kami bertugas untuk memvisualisasi hasil dari kuku yang telah difoto untuk diidentifikasi lebih lanjut,” katanya.

Tentu, setiap inovasi yang dibuat pasti mengalami kesulitan dalam pengembangannya, itu juga berlaku bagi Abi bersama dengan timnya. Dia mengaku, memerlukan waktu lebih dari satu bulan untuk melakukan pengembangan untuk inovasi tersebut. Dan kedepan alat tersebut juga akan dibuat secara masal, tentu tidak lain untuk menambah ragam inovasi dalam dunia kesehatan.

“Dengan biaya produksi sebesar Rp7 juta, menurut kami itu nilai yang kecil untuk inovasi dalam dunia kesehatan. Dan kedepan kami akan menjalin kerjasama dengan perusahaan yang nantinya dapat di komersialkan,” katanya.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement