MINUM air putih adalah salah satu hal yang wajib dilakukan masyarakat. Mengonsumsi air minum akan membuat tubuh tetap terhidrasi dan meningkatkan metabolisme tubuh. Meski demikian, Anda juga harus cerdas dalam memilih air minum berkualitas agar tidak terserang penyakit. Lantas air minum apa yang aman dan berkualitas untuk dikonsumsi?
Dosen Departemen Teknik Geologi UGM dan Ketua Dewan Pembina Yayasan Aliansi Wali Sumber Daya Air Indonesia, Prof. Dr. rer. nat. Ir. Heru Hendrayana mengatakan kalau ingin mencari air minum tentu jangan menggunakan air permukaan, apalagi dalam sisi kualitas. Sebagai gantinya masyarakat harus memastikan bahwa air yang dikonsumsi berasal dari air dalam yang ada di bawah tanah.
"Air yang berada di bawah itu sebenarnya sangat bergantung dari sumbernya. Kenapa? Air di bagian bawah itu setiap lewat di suatu tempat dipengaruhi oleh batuan yang dilewati. Nah batuan itu kan dari mineral, dan mineral itu dari kimia," tutur Prof Heru, dalam acara Aqua media trip di Pabrik Aqua Klaten, beberapa waktu lalu.
Dalam kesempatan tersebut, Prof Heru juga menjelaskan alasan mengapa air tanah permukaan memiliki kualitas yang sangat buruk sehingga tidak layak untuk dikonsumsi manusia.
"Jadi air itu akan masuk ke dalam, dia jalan dan dipengaruhi dua hal. Pertama batuan alamiahnya dan kedua adalah aktivitas manusia. Aktivitas manusia ini akan memengaruhi air tanah yang dangkal atau di atas. Maka dari itu, air yang di atas pasti kualitasnya buruk karena dipengaruhi aktivitas manusia. Bisa dari septic tank, limbah, dan lain sebagainya," tuturnya.
"Maka yang baik adalah yang di bawah. Di bawah itu akan terlindungi, karena ada suatu lapisan yang melindungi," tuturnya.
Prof Heru menjelaskan bahwa air tanah dalam memiliki perbedaan kualitas yang sangat jauh dari air permukaan. Sebab memiliki pemisah yang disebut dengan akuifer tertekan (confined aquifer). Hal ini bisa terlihat dari salah satu sumber mata air Aqua yang terletak di Taman Kehati Aqua Klaten, Jawa Tengah, dimana sumber air tersebut keluar dengan sendirinya.
"Itu mulai dari 2002 hingga sekarang tidak berubah seperti itu, airnya keluar 60 liter per detik. Itu keluar sendiri. Kenapa? karena air tertekan. Jadi ada lapisan di atas yang bersifat kedap air dan menekan sehingga pada saat di bor keluar dengan tekanan tinggi. Tertekan secara alami. Jadi ini adalah bukti bahwa lapisan pelindungnya," ujar Prof Heru.
"Sedangkan air yang sumur yang ada di rumah penduduk, tiap hari kalau ada sampah dia masuk, pencemaran dia masuk juga. Sehingga rentan terhadap pencemaran. Kalau air tanah dalam tidak akan tercemar," katanya.
(Leonardus Selwyn)