SEORANG penumpang JetBlue menggugat maskapai tersebut sebesar USD1,5 juta atau setara dengan Rp24,3 miliar gara-gara tersiram teh panas oleh awak kabin saat turbulensi di udara.
Tahjana Lewis mengatakan dalam keluhannya bahwa pesawat, yang terbang dari Orlando ke Hartford pada 15 Mei 2024 itu mengalami turbulensi yang menyebabkan pilot menyalakan lampu tanda sabuk pengaman, namun awak kabin malah tetap menyajikan minuman, demikian melansir Business Insider.
Teh panas yang disajikan kepada penumpang di sebelah Lewis tumpah ke seluruh tubuhnya dan menyebabkan luka bakar parah di dada, kaki, dan lengannya yang meninggalkan bekas luka dan cacat, tulis gugatan itu.
Lewis menuduh maskapai penerbangan tersebut menyajikan minuman pada suhu yang 'tidak masuk akal' karena sangat panas.
Gugatan tersebut, diajukan pada Jumat lalu di tengah serentetan insiden besar yang menyebabkan penumpang maskapai penerbangan terluka akibat kasus turbulensi.
Mereka termasuk seorang penumpang Singapore Airlines berusia 73 tahun yang meninggal dunia ketika pesawat yang ditumpanginya jatuh dari ketinggian 6.000 kaki, membuat penumpang terlempar ke sekitar kabin seperti pakaian di mesin cuci.
Pesawat yang membawa 211 penumpang dan 18 awak itu baru terbang 10 jam dari London ke Singapura ketika dihantam turbulensi akibat badai petir di Samudera Hindia.
Para penumpang kemungkinan besar akan menghadapi masalah yang lebih sering terjadi, terutama di Atlantik Utara karena iklim terus memanas, menurut Guy Gratton, seorang profesor penerbangan dan lingkungan di Cranfield University.
“Apa yang terjadi dengan perubahan iklim adalah troposfer menjadi lebih hangat, sedangkan stratosfer bawah justru menjadi sedikit lebih dingin,” kata Gratton kepada Business Insider.
Atmosfer yang memanas ini mempercepat aliran jet dan itu berarti pesawat kemungkinan besar akan mengalami perjalanan yang lebih sulit di masa depan.
“Jadi, jika Anda mencoba terbang melintasi Atlantik, Anda kini mendapatkan gelombang yang lebih besar di aliran jet, dan Anda juga mendapatkan lebih banyak energi di aliran jet. Sehingga hal ini menciptakan lebih banyak gesekan, yang menciptakan lebih banyak turbulensi," pungkasnya.
(Rizka Diputra)