DAGING KAMBING menjadi salah satu menu yang selalu favorit di sejumlah negara. Di Negara Timur Tengah, olahan daging kambing sangat beragam. Sedangkan di Indonesia, daging kambing bahkan menjadi olahan makanan yang wajib ada untuk para raja.
Di moment Idul Adha, daging kambing menjadi hal yang ditunggu. Pasalnya, banyak olahan yang bisa dilakukan terhadap daging berkaki empat ini. Sebut saja olahan sate kambing, tongseng kambing, hingga tengkleng yang memanfaatkan kepala kambing.
Daging Kambing masuk dalam katagori daging merah. Daging ini merupakan sumber protein hewani yang memiliki tekstur dan rasa seperti daging sapi.
Daging kambing mengandung beberapa nutrisi di antaranya zat besi dan zinc. Seperti disitat Data Komposisi Pangan Indonesia, daging kambing berukuran 100 gram memiliki kandungan
Energi: 149 kalori.
Air: 70,3 gram.
Protein: 16,6 gram.
Lemak: 9,2 gram.
Kalium: 268,7 miligram.
Fosfor: 124 miligram.
Natrium: 96 miligram.
Kalsium: 11 miligram.
Zinc: 4,9 miligram.
Zat besi: 1 miligram.
Vitamin B1 (tiamin): 0,09 miligram.
Mengonsumsi daging kambing dipercaya memiliki manfaat seperti mencegah anemia, menambah massa otot, memelihara kesehatan jantung, menjaga daya tahan tubuh, hingga meningkatkan energi tubuh.
Meski memiliki banyak manfaat, namun konotasi negatif daging kambing melekat di masyarakat. Setidaknya ada empat hal yang menjadi salah kaprah di Indonesia seperti disitat dari berbagai sumber.
Banyak yang percaya bahwa daging kambing dapat meningkatkan kadar kolesterol. Bagian yang dapat meningkatkan kadar kolesterol adalah jeroan, bukan daging merahnya.
Daging kambing sendiri sebenarnya memiliki kandungan kolesterol yang lebih rendah dibandingkan dengan beberapa jenis daging lainnya. Bahan-bahan yang digunakan dalam proses memasak yang dinilai berkontribusi terhadap peningkatan kadar kolesterol.
Salah satunya penggunaan santan dalam proses memasak dapat secara signifikan menambah jumlah kolesterol dalam hidangan tersebut.
Ada anggapan bahwa ibu hamil sebaiknya menghindari daging kambing. Padahal, daging kambing mentah atau tidak matang sempurna merupakan daging yang harus dihindari oleh ibu hamil karena risiko kontaminasi bakteri.
Daging kambing yang dimasak dengan baik dan higienis sebenarnya aman dikonsumsi dan dapat menjadi sumber protein yang baik bagi ibu hamil.
Banyak orang mengeluhkan bau prengus yang tidak sedap saat mengolah daging kambing. Padahal, bau prengus sebenarnya lebih sering disebabkan oleh proses penyembelihan yang kurang tepat.
Kambing yang dipotong dalam kondisi stres cenderung menghasilkan daging dengan bau dan rasa yang tidak enak. Jika penyembelihan dilakukan dengan benar dan kebersihan daging terjaga, bau prengus dapat diminimalkan.
Mitos lainnya yakni daging kambing dapat meningkatkan gairah pria. Meskipun daging kambing mengandung zinc yang dapat meningkatkan produksi hormon testosteron, efek ini tidak akan memberikan dampak yang signifikan pada libido.
Hingga kini, belum ada penelitian medis yang kuat menyatakan memakan daging kambing dapat meningkatkan gairah seksual secara langsung.
Dikutip dari halodoc, daging kambing bisa memicu darah tinggi jika pengolahannya dengan cara yang salah. Sedangkan kandungan kolesterol yang ada di daging kambing ternyata tidak setinggi pada daging ayam dan sapi.
Daging kambing yang memiliki kandungan protein yang baik untuk menjaga daya tahan tubuh, zat besi sebagai bahan pembentuk sel darah merah, dan kalsium yang mampu menjaga kesehatan gigi dan tulang.
Manfaat di atas bisa dirasakan jika dapat mengolah daging kambing dengan cara yang benar. Jika tidak, kolesterol di dalam daging kambing akan meningkat. Akibatnya, pengidap darah tinggi yang mengonsumsinya mengalami kenaikan kolesterol dalam tubuh, yang berujung membahayakan.
dr. Yogi Subandra Dwitama dari RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta dalam tulisannya di situs Kementrian Kesehatan menyebut pengolahan daging kambing sering dilakukan yakni menambahkan banyak garam pada daging kambing. Hal ini biasanya dilakukan untuk memberikan rasa yang lebih gurih pada daging kambing dan mengurangi bau amis pada daging kambing.
Penambahan garam dalam jumlah yang terlalu banyak pada daging kambing bisa memberikan dampak negatif bagi kesehatan manusia, terutama jika dikonsumsi secara berlebihan. Sebaiknya, dalam proses pengolahan daging kambing, penggunaan garam sebaiknya dibatasi dan disesuaikan dengan selera masing-masing.
Selain itu, penggunaan bumbu-bumbu lain seperti rempah-rempah atau bawang putih dapat memberikan rasa yang lebih enak pada daging kambing tanpa harus menambahkan terlalu banyak garam.
Berikut beberapa tips untuk penikmat daging agar bisa menikmati daging dengan cara yang lebih sehat yaitu
Senada diungkapkan oleh pria pria yang memiliki profesi dokter dan influencer dokter Tirta atau Cipeng. Dengan tegas dokter Tirta menyebut daging kambing bisa menyebab tensi darah naik sebagai sebuah mitos.
“Mitos?,” tegas dr Tirta seperti dikutip dari akun TikTok @tirtacipeng.
Dokter Tirta menjelaskan yang menyebabkan kolesterol dan tensi darah naik saat makan kambing adalah olahan daging kambingnya itu sendiri. "Jadi yang menyebabkan itu tengkleng, tongseng gulai, jadi (tensi) meroket karena kompoen garam dan kecap," tuturnya.
Lebih lanjut dr Tirta mengatakan segala sesuatu makanan yang rasa-rasa itu risikonya tinggi. Kalau sudah tau asin jangan berlebihan. "Sudah santan, tambah kecap, garam, naik tensi yang disalahin kambingnya,” ujarnya.
(Kemas Irawan Nurrachman)