SINGAPURA sedang diserang Covid-19 varian KP.1 dan KP.2. Total konfirmasi positif hingga pertengahan Mei 2024 sudah mencapai 25 ribuan kasus.
Di Indonesia sendiri kasus Covid-19 varian JN.1 tengah merebak, walau kenaikan kasusnya tidak begitu tinggi. Karena itu, Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) mengimbau agar masyarakat kembali menerapkan gaya hidup bersih dan sehat, termasuk melengkapi vaksinasi Covid-19 dan booster.
Sementara itu, banyak dari masyarakat penasaran dengan Covid-19 varian KP.1, KP.2 dan JN.1, termasuk soal gejala dari setiap strain virus tersebut. Nah, di artikel ini MNC Portal akan menjelaskannya.
Menurut laporan Channel News Asia (CNA), Covid-19 varian KP.1 dan KP.2 itu masuk dalam subvarian baru yang disebut 'FLiRT'. Nah, semua strain yang tergolong dalam 'FLiRT' itu merupakan keturunan varian JN.1, cabang dari Omicron.
Pada kasus Singapura, strain KP.2 dilaporkan lebih cepat menular ketimbang KP.1. Tak hanya itu, Ahli Virologi Universitas Columbia dr David Ho melaporkan kalau KP.2 lebih mungkin menghindari pertahanan kekebalan tubuh, dibandingkan KP.1 maupun JN.1
"KP.2 bahkan dapat melawan pertahanan vaksin Covid-19 jenis terbaru, karena vaksin itu menargetkan XBB.1.5, varian yang berbeda dari JN.1," kata dr David Ho.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) bahkan mengklasifikasikan KP.2 sebagai Varian Dalam Pemantauan (VUM).

"Itu memberikan sinyal kepada semua negara bahwa varian Covid-19 tersebut mungkin memerlukan perhatian dan pemantauan yang diprioritaskan," ungkap laporan tersebut, dikutip MNC Portal, Rabu (29/5/2024).
KP.2 pertama kali teridentifikasi di India pada Januari 2024. Setelah ditemukan, varian itu mulai menyebar di banyak negara, termasuk ditemukan kasusnya di Amerika Serikat, Tiongkok, Thailand, Australia, Selandia Baru, Inggris, dan Singapura.
Perbedaan Gejala KP.1, KP.2 dan JN.1
Pada dasarnya, KP.1, KP.2 dan JN.1 adalah satu keluarga. Poin ini yang mesti dicatat, dengan begitu gejala yang ditimbulkan dari ketiga varian Covid-19 tersebut tak jauh berbeda.
"Kalau soal gejala, kami tidak melihat sesuatu yang baru atau berbeda dari ketiga varian ini dengan varian sebelumnya," kata Profesor Andy Pekosz dari Sekolah Kesehatan Masyarakat John Hopkins Bloomberg.
Malah, kata Prof Andy, pihaknya melihat bahwa ketiga varian Covid-19 tersebut cenderung menyebabkan gejala ringan di tubuh manusia.
"Kenapa jadi lebih ringan, bukan karena virusnya lemah, tapi kekebalan tubuh kita yang lebih kuat dibandingkan virus tersebut," katanya.