PRESIDEN Joko Widodo menargetkan Indonesia menjadi kiblat fashion Muslim dunia. Pasalnya, permintaan akan produk fashion Muslim mengalami peningkatan pesat di seluruh dunia.
Hal itu diakui oleh pakar fashion sekaligus desainer Poppy Dharsono, mengakui soal modest fashion Indonesia tidak kalah dengan negara dengan mayoritas penduduk Muslim lainnya seperti Arab dan Turki.
BACA JUGA:
“Arab kan cuma satu macam saja, Pakistan saja, kita bisa sangat bervariasi dengan adanya banyak bangsa yang ada di Indonesia, kita bisa eksplor, jadie nggak seperti di Arab Saudi, bisa kayak India, ada Sumatera, Maluku karena akulturasi budaya,” ujar Poppy Dharsono dalam acara Closing Ceremony Ramadan Runway 2024 baru-baru ini.
“Justru itu kekayaan dari Indonesia,” imbuhnya.
(Foto: MPI/ Aldhi Chandra)
Namun, menurut Ketua Umum Asosiasi Perancang dan Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) tersebut, di sisi lain Indonesia belum siap menjadi kiblat fashion Muslim di dunia seperti yang ditargetkan oleh Presiden Jokowi. Sebab masih banyak teknis yang harus diperbaiki.
“Karena busana Muslim itu kayaknya gampang tinggal potong-potong, tapi kalau diperhatikan cutting masih belum benar. Saya lihat cuttingnya juga masih banyak yang salah. Padahalkan harusnya, banyak sekolah (fashion) yang lebih baik,” jelasnya.
Maka dari itu, Poppy menyarankan kepada para desainer terutama yang masih muda untuk memberikan hasil desain yang lebih baik dengan cutting sistem yang baik, dengan finishing yang baik.
“Pelan-pelan (bisa) sih, dengan banyaknya anak sekolah yang jadi desainer dari sekolahan itu akan tambah luar biasa,” kata Poppy lagi.
Lebih lanjut Poppy mengatakan Indonesia sangat memungkinkan menjadi kiblat fashion muslim dunia. Hanya saja harus jadi satu kesatuan ekosistem yang terintegrasi. Pasalnya saat ini ia melihat pemerintah menggelar berbagai lomba yang digelar masing-masing instansi.
“Kenapa itu semua tidak disatukan integrasi bekerjasaam dengan APPMI, bukan dia bikin sendiri bikin sendiri, akhirnya yang ngerjain EO, EO tujuannya asal selesai dibayar beres, tapi tidak memiliki visi yang lebih dalam,” paparnya.
“Kalau kita di APPMI kita ada inkubatornya, dari A sampai Z sehingga kita akan selalu berkaitan dengan member, sedangkan kalau EO kan enggak, tapi nggak tahu gimana sekarang semua adakan (fashion show) sendiri-sendiri kecil-kecil, jadi terpecah desainer itu dan itu-itu lagi,” pungkas Poppy.
(Rizky Pradita Ananda)