TRADISI berbuka puasa dengan menu bubur sayur lodeh masih terus dipertahankan oleh Masjid Sabi'ilurrosyad di Dusun Kauman, Kalurahan Wijirejo, Pandak, Bantul, DIY.
Tradisi berbuka dengan bubur sayur lodeh diyakini dari peninggalan Panembahan Bodho, murid Sunan Kalijaga yang sudah eksis sejak ratusan tahun lalu.
Takmir Masjid Sabi'ilurrosyad, Haryadi mengungkapkan, sajian bubur nasi putih dengan siraman sayur lodeh ini menjadi menu rutin yang disajikan bagi warga maupun jamaah setiap bulan puasa. Hal tersebut dilakukan sebagai tradisi turun-temurun.
(Foto: Yohanes Demo/MPI)
"Setiap Ramadhan memang selalu ada (bubur sayur lodeh, tradisi ini sudah berlangsung lama dari nenek moyang yang masih kita pertahankan," ujarnya kepada MNC Portal.
Setiap harinya, kata Haryadi, masjid menyediakan sekitar 100 porsi bubur. Namun berbeda jika di hari Jumat, masjid akan menambah porsi hingga 500 piring bubur lodeh. Hal ini untuk mengantisipasi tambahan jamaah umum yang datang berkunjung.
"Biasanya kalau hari Jumat lebih banyak, masyarakat dari luar banyak yang datang hanya sekadar ingin merasakan. Kami sediakan untuk mereka juga," imbuhnya.
Saat ditanya kapan tradisi tersebut dimulai, Haryadi mengaku tak tahu persis. Namun, warga sekitar meyakini bahwa takjil bubur sayur lodeh itu sudah ada sejak masa Panembahan Bodho (Raden Trenggono).
"Mulainya kapan tidak tahu persis, tetapi warga sekitar meyakini bahwa bubur sayur lodeh sudah ada sejak masa Panembahan Bodho, dan ini dilakukan untuk menyebarkan agama Islam di wilayah Bantul," katanya.
Tak sekadar makanan pelepas lapar, Haryadi menjelaskan bahwa pemilihan menu bubur memiliki banyak makna.
Selain makna filosofi, bahan-bahan untuk membuat bubur pun hasil sumbangan dari masyarakat.
(Foto: Yohanes Demo/MPI)
"Bubur itukan halus, dan halus itu bagus, jadi maksudnya akan sangat diterima di masyarakat jika masuknya dengan cara yang halus. Kemudian kata bubur dimaknai sebagai bibiran yang memiliki makna bagus," jelasnya.
"Kemudian, kenapa dipilih bubur, karena pada zaman dahulu masih sulit untuk makan, jadi beras yang sedikit itu dijadikan bubur sehingga bisa dibuat lebih banyak porsinya," tandas Haryadi.
(Rizka Diputra)