MEROKOK masih menjadi kebiasaan yang masih sulit untuk dihentikan. Meski bahaya kanker dan penyakitnya sudah menghantui para perokok, tampaknya zat adiktif berupa nikotin pada rokok membuat kecanduan hingga sulit berhenti.
Dampak dari merokok bukan hanya dirasakan oleh perokok itu sendiri, melainkan juga bisa berdampak buruk bagi kesehatan anggota keluarga lain, termasuk anak yang menjadi perokok pasif akibat paparan asap rokok.
Dokter Spesialis Anak, dr. Mesty Ariotedjo, Sp.A, MPH mengungkap bahwa orangtua ataupun pengasuh anak yang masih terbiasa untuk merokok bisa membuat anak mengalami hambatan perkembangan otak.
Tak cuma itu, dr. Mesty pun membeberkan beberapa risiko yang akan terjadi pada anak ketika memiliki orangtua yang perokok, seperti IQ jadi lebih rendah, anak batuk dan sakit lebih sering, anak stunting, hingga yang paling parahnya yaitu kematian mendadak pada bayi.
“Semoga sudah cukup alasan untuk berhenti merokok,” tulis dr. Mesty, dikutip dari cuitan akun X miliknya @mestyariotedjo, Kamis (22/2/2024).
Meskipun orangtua tidak merokok langsung di depan anak, tetapi residu dari rokok tersebut tetap bisa tertinggal di pakaian hingga tubuh perokok dalam waktu yang lama. Hal ini juga menjadi penyebab mengapa merokok jauh dari anak bisa tetap mengancam kesehatan anak.
“Tau ga, kalau asap rokok menempel di liur sampai lima hari, di rambut sampai 10 hari, di baju selama 19 bulan, dan di sofa selama berbulan-bulan bahkan tahun setelah tidak merokok,” katanya.