ANAK sulung Vincent Rompies diduga terlibat dalam kasus bullying dan kekerasan bersama sekelompok geng di sekolah. Akibat aksi perundungan tersebut, korban dilarikan ke rumah sakit lantaran mengalami luka-luka yang cukup serius.
Berdasarkan video yang beredar di media sosial X, korban diketahui dianiaya dan dilecehkan oleh anggota Geng Tai (GT). Menurut kesaksian dari orang tua, dia tidak dapat melawan sebab diancam para senior. Oleh karena itu, pihak korban bullying sangat dirugikan, baik kondisi psikis maupun kesehatan mental dalam jangka panjang.
Dilansir dari Forbes, Studi JAMA Psychiatry menyebutkan bahwa anak-anak yang menjadi korban berisiko besar mengalami gangguan depresi, kecemasan dan agorafobia saat dewasa. Tidak hanya itu, terkadang mereka memiliki pikiran untuk mengakhiri hidup.
“Kerusakan psikologis pada anak yang menjadi korban perundungan, tidak dapat hilang hingga mereka dewasa,” ujar Profesor Departemen Psikiatri dan Ilmu Perilaku di Universitas Duke, William E. Copeland, PhD, Selasa, (20/2/2024).
Selain itu, korban mengalami dampak sosial dan emosional. Mereka kerap kesulitan mengendalikan perasaan emosi, menjalani interaksi, dan tidak dapat mempercayai orang lain, serta terus-menerus menyalahkan diri sendiri.

Bagi anak-anak yang menjadi korban, hal itu berdampak buruk terhadap akademik. Sering kali mereka tidak ingin pergi ke sekolah, akibatnya mendapatkan nilai rendah dan sulit untuk fokus belajar. Oleh karena itu, peranan guru sangat penting dalam menangani kasus bullying yang marak terjadi pada siswa belakangan ini.
Lantas, bagaimana solusi bagi korban dalam melewati dampak buruk bullying? Dikutip dari Verywell Family, berikut solusi Mengatasi Dampak Bullying
1. Utamakan pemulihan mental
Setelah mengalami bullying, utamakan kesehatan mental Anda. Berkonsultasi dengan dokter agar tidak berdampak serius. Terkadang korban memiliki sejumlah masalah kesehatan, seperti gangguan kecemasan, kehilangan nafsu makan, merasa sakit kepala, insomnia, PTSD, bahkan stres berkelanjutan hingga depresi.
2. Kenali diri sendiri
Korban sering kali kehilangan kepercayaan diri usai mengalami penindasan. Namun, sebaiknya tolak seluruh kebohongan yang dikatakan pelaku tentang Anda, serta berani mengungkapkan kebenaran. Temukan dan fokus terhadap hal-hal positif dalam diri sendiri.
3. Mencari dukungan
Sebagian besar proses pemulihan, korban hanya mempertahankan kontak dengan teman dan keluarga yang mendukungnya. Selain itu, mereka mencoba menarik diri dari pusat keramaian, serta mencoba menangani dampak buruk bullying itu sendiri. Korban membutuhkan pendukung, seperti ahli penasehat yang berspesialisasi untuk menyembuhkan trauma.
4. Fokus terhadap pemulihan
Proses pemulihan bukanlah waktu yang cepat. Terkadang, penindasan itu berdampak jangka panjang hingga dewasa. Oleh karena itu, fokuslah terhadap penyembuhan, serta rayakan kemajuan setiap adanya perubahan kecil dalam diri Anda.
(Leonardus Selwyn)