SETIAP anak tentu akan mengalami pubertas seiring pertambahan usia. Umumnya, pubertas normal terjadi di awal masa remaja, ketika anak sudah berusia 10 tahun ke atas. Namun, apa jadinya jika anak sudah mengalami pubertas sejak usia dini alias di bawah usia 10 tahun?
Menurut Dokter Spesialis Anak, dr. Mesty Ariotedjo, pubertas dini yang dialami pada anak memiliki sejumlah dampak buruk. Selain berdampak pada psikologis anak yang belum matang, menurutnya pubertas terlalu cepat pada anak juga bisa berdampak pada pertumbuhan badan anak yang terganggu.
“Tau ngga kalau anak pubertas kecepetan, selain risiko psikologis yang belum matang, juga berisiko pendek?,” ujar dr. Mesty, melalui cuitan di akun X-nya, @mestyariotedjo, Jumat, (16/2/2024).
Dokter lulusan FKUI-RSCM ini menyebut, biasanya, pubertas dini pada anak perempuan yang ditandai dengan menstruasi dan mimpi basah terlalu cepat pada anak laki-laki, akan menghambat pertumbuhan badan anak untuk bisa menjadi lebih tinggi

“Yap betul, kalau anak menstruasinya kecepetan, atau yang laki mimpi basahnya kecepatan berarti mereka akan kehilangan ‘periode emas’ lebih panjang untuk tubuhnya melesat tinggi,” tuturnya.
Melansir laman Healthline, pubertas dini merupakan perubahan tubuh anak menjadi dewasa (pubertas) di usia yang lebih awal dari seharusnya. Anak perempuan dianggap mengalami pubertas dini ketika pubertas terjadi sebelum usianya mencapai delapan tahun. Sementara pada anak laki-laki, pubertas dini terjadi sebelum usia sembilan tahun.
Pubertas dini menyebabkan perubahan bentuk dan ukuran tubuh, perkembangan tulang dan otot, serta perkembangan kemampuan dan alat reproduksi. Pubertas dipicu oleh hormon gonadotropin (GnRH), yaitu hormon yang merangsang produksi hormon esterogen pada anak perempuan dan hormon testosteron pada anak laki-laki.