SEIRING perkembangan zaman di Indonesia, saat ini teknologi digital semakin dibutuhkan oleh penderita disabilitas. Tidak hanya untuk meningkatkan akses, tetapi juga meningkatkan kualitas layanan bagi penyandang disabilitas.
“Kuatnya permintaan dan relatif sedikitnya hambatan masuk pasar terhadap layanan kesehatan digital dan teknologi asistif digital menciptakan peluang di Indonesia tidak hanya untuk pertumbuhan ekonomi, namun juga untuk benar-benar meningkatkan kualitas kehidupan para penyandang disabilitas,” kata Paul Bartlett selaku Direktur Katalis, di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.
Oleh karena itu menurut Paul, Indonesia dan Australia dapat bekerjasama untuk memenuhi kebutuhan tersebut, yang mana berada pada titik temu antara perdagangan, solusi digital dan teknologi asistif. Tidak hanya itu, saat ini juga jumlah penyedia teknologi asistif di Indonesia mengalami peningkatan dengan ragam produk dan layanan.

Akan tetapi, kebutuhan dan keterjangkauan masih menjadi hambatan, terutama bagi perempuan dan penduduk di kawasan terpencil. Salah satu faktor penentu harga dan ketersediaan teknologi asistif adalah tingkat komponen dalam negeri (TKDN) yang mewajibkan setidaknya 40 Persen kandungan lokal dalam semua alat kesehatan dan teknologi asistif.
Oleh sebab itu, menurutnya peraturan tersebut dapat mempengaruhi perdagangan teknologi asistif terutama di Australia.
“Walaupun industri negara tersebut diakui keunggulannya secara internasional dalam hal inovasi, kualitas, dan daya saing,” ucapnya.