BALI masuk dalam salah satu kota yang akan mengimplementasi penyebaran telur nyamuk wolbachia. Penyebaran telur nyamuk ini dilakukan di Denpasar dan Kabupaten Buleleng Bali.
Sayangnya, rencana penyebaran telur nyamuk wolbachia itu akhirnya tertunda sebab terjadi penolakan di kalangan masyarakat. Diduga penolakan itu terjadi karena masyarakat belum paham tentang nyamuk wolbachia.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes RI dr Maxi Rein Rondonuwu menyatakan adanya penolakan oleh masyarakat Bali itu karena sosialisasinya ke masyarakat masih sangat kurang. Hal itu membuat mereka belum terinformasi tentang manfaat dari nyamuk wolbachia.
"Di Bali ditangani oleh salah satu donatur yang membiayai sehingga koordinasi dari dinas sangat kurang. Jadi perlu dilakukan sosialisasi terus menerus," ujar dr Maxi dalam webinar bertajuk ”Mengatasi DBD dengan Wolbachia”, Jumat (24/11/2023).
Sementara itu, Pengajar dan peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof dr Adi Utarini, M.Sc, MPH, Ph.D mengatakan usaha yang harus dilakukan adalah dengan mengajak masyarakat memahami yang menjadi penyebab DBD itu adalah virusnya, virus dengue yang dibawa nyamuk aedes aegypti.
"Masyarakat diajak untuk membedakan dua hal ini baru kemudian pesan berikutnya adalah wolbachia ini yang dilawan targetnya adalah virusnya, bukan hanya nyamuknya tapi virusnya, kita mengeluarkan nyamuk baik yang sudah berwolbachia untuk melawan virusnya," tuturnya.
Selain itu juga tetap upaya lain harus dilakukan dengan melakukan pemberantasan sarang nyamuk, higienitas sanitasi, dan metode 4M, yaitu menguras tempat penampungan air minimal satu minggu sekali, mengubur barang bekas yang dapat menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk, menutup tempat penampungan air supaya tidak dijadikan tempat perindukan nyamuk, serta memantau jentik secara rutin).
(Leonardus Selwyn)