WABAH kutu busuk yang melanda kota-kota besar seperti Paris, dan akhirnya menyebar sampai ke Singapura, membuat masyarakat Indonesia khawatir. Sebab gigitan kutu busuk yang menyerang bisa membuat penderitanya mengalami gangguan ketidaknyamanan, hingga merasakan dampak seperti alergi.
Dokter sekaligus Epidemiolog serta Peneliti dari Univeritas Griffith, Australia, dr. Dicky Budiman, M.Sc. PH menjelaskan upaya menjaga kebersihan diri memang perlu dilakukan. Akan tetapi, upaya itu akan seperti percuma jika kondisi tempat umum yang dikunjungi juga terlihat kotor atau tidak sering dibersihkan.
“Walaupun sebetulnya tidak melulu dengan masalah personal hygiene, bahkan di tempat umum seperti hotel, bioskop, itu bisa ada. Karena upaya untuk melakukan pembersihan atau pengendalian pembasmian ini juga tidak mudah,” kata dr Dicky Budiman kepada MNC Portal Indonesia, Minggu 19 November 2023.
Selain itu, langkah pembasmian menggunakan pestisida juga dianggap kurang efektif dilakukan. Karena dalam beberapa kasus, kutu busuk yang hidup mungkin tidak semua bisa diberantas menggunakan pembasmi serangga tersebut.
Adanya perkawinan silang yang dilakukan kutu busuk, menyebabkan beberapa diantaranya tidak dapat mati menggunakan pestisida, lantaran mempunyai kekebalan lebih kuat.
Untuk itu, dr Dicky mengatakan setiap individu tidak bisa menganggap wabah kutu busuk ini adalah hal sepele, dengan melakukan monitor terhadap wabah ini, maka tentunya konteks seperti tempat-tempat umum harus memiliki kebiasaan upaya membersihkan atau meningkatkan sanitasi lingkungan.
“Hal-hal seperti itu kita juga perlu melakukan monitoring, karena dampaknya itu bisa merugikan. Oleh karena itu pembelajaran dari kutu busuk ini juga digunakan pemilihan pestisida yang tidak bisa sembarangan,” ucapnya.
Di sisi lain, strategi masyarakat ini juga akan menjadi lebih penting untuk menjaga ekosistem, agar tidak menyebabkan terganggunya keanekaragaman hayati, sehingga nantinya dapat dijadikan pembelajaran.
(Leonardus Selwyn)