Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Cuaca Panas Terik, Dokter: Waspadai Heatstroke

Dyah Ratna Meta Novia , Jurnalis-Senin, 30 Oktober 2023 |12:43 WIB
Cuaca Panas Terik, Dokter: Waspadai Heatstroke
Cuaca panas terik. (Foto: Freepik)
A
A
A

CUACA panas terik masih melanda tanah air. Panas luar biasa ini menimbulkan banyak keluhan dari masyarakat, terutama yang aktif berkegiatan di luar rumah.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat suhu maksimum terukur hingga akhir September 2023 di beberapa wilayah berada di kisaran 35,4 derajat Celcius hingga 38 derajat Celcius pada siang hari.

 cuaca panas terik

Sebagian besar wilayah Indonesia terutama di Selatan ekuator masih mengalami kemarau, dan sebagian lainnya mulai memasuki peralihan musim pada periode Oktober-November, sehingga BMKG memprediksi kondisi cuaca cerah masih akan terus mendominasi pada siang hari.

 BACA JUGA:

Salah satu dampak paling dasar untuk kesehatan dari kondisi seperti ini, ketika terpapar cuaca panas terik adalah dehidrasi. Saat dehidrasi, seseorang akan mengalami kekurangan cairan, merasa haus, kulit menjadi kering, dan sensitif. Akibatnya dapat menimbulkan iritasi, dan reaksi alergi.

Kondisi panas terik ini, patut diwaspadai masyarakat, karena dapat menimbulkan efek kesehatan yang serius. Bukan hanya dehidrasi, efek kesehatan akibat paparan cuaca panas ekstrem seperti saat ini bisa berkembang menjadi gangguan fungsi organ tertentu, dan seperti diungkap Dekan Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia (UI), Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, Sp.PD-KGEH., M.M.B, SpPD, K-GEH, FACP, FACG, FINASIM , kondisi ini bisa mengakibatkan berbagai jenis heat-related illness, atau gangguan terkait panas. Jenis heat-related illness yang paling berbahaya adalah heat stroke atau sengatan panas.

“Tekanan panas yang tinggi ini bisa menyebabkan heatstroke, kondisi di mana orang akan mengalami dehidrasi, kekurangan cairan, kering, dan bisa sampai menyebabkan kurang kesadaran. Jadi, hal ini memang harus dihindari,” jelas Prof. Ari dalam siaran resminya, dikutip Sabtu.

“Heat stroke akan berdampak kepada organ-organ tubuh secara keseluruhan. Apabila ketika dehidrasi tidak diimbangi dengan minum, maka organ ginjal yang akan terdampak oleh kondisi tersebut,” tambahnya.

 BACA JUGA:

Menurut Prof. Ari, kelompok yang paling terdampak dan rentan mengalami heat stroke adalah orang-orang berusia lanjut. Oleh karena itu, kelompok lanjut usia (lansia) harus dihindari terpapar langsung udara panas ekstrem yang disertai dengan kelembaban udara yang tinggi.

Bukan hanya lansia yang rentan, heat stroke juga rentan menyerang para pekerja yang harus berkegiatan di luar ruangan. Apabila harus terpapar dengan udara panas, Prof. Ari mengingatkan pentingnya menjaga konsumsi air mineral yang cukup.

“Secara umum, jumlah konsumsi air memang disebutkan 8 sampai 10 gelas per hari, tetapi dengan kondisi dehidrasi yang saat ini banyak terjadi, kita harus bisa meningkatkan sampai 3 liter per hari. Ini tentu juga bergantung pada aktivitas kita, kalau sering berada di luar ruangan dan terpapar panas, apalagi sampai berkeringat, jumlah cairan di dalam tubuh juga harus ditingkatkan,” papar Prof. Ari.

Masyarakat juga perlu berhati-hati dalam mengatur strategi berkegiatan di luar ruangan, salah satunya saat ingin berolahraga. Prof. Ari menyarankan masyarakat untuk berusaha berolahraga di pagi hari sebelum sinar matahari menjadi terang.

Berolahraga di bawah terik matahari akan sangat berbahaya karena dapat menyebabkan seseorang mengalami dehidrasi. Panas yang menyengat juga bisa menimbulkan nyeri kepala dan gangguan pada kulit.

“Kalau memang memungkinkan, berolahraga di dalam ruangan tentu menjadi hal yang terbaik saat ini. Akan tetapi, di satu sisi, kita tentu perlu juga udara segar, maka usahakan berolahraga pada pagi hari sekitar jam 6 sampai jam 7 pagi,” tutupnya.

(Dyah Ratna Meta Novia)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement