Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Mengenal Suku Samin yang Menghuni Pedalaman Blora

Rahel Pebrini Panjaitan , Jurnalis-Jum'at, 27 Oktober 2023 |16:14 WIB
Mengenal Suku Samin yang Menghuni Pedalaman Blora
Warga Samin (Foto: Okezone.com/Taufik Budi)
A
A
A

SUKU Samin merupakan kelompok etnis yang mendiami pedalaman Blora, Jawa Tengah. Mereka menolak modernisasi dan tetap mempertahankan adat dan tradisi hingga saat ini. Meski demikian, Suku Samin tetap berbaur dengan masyarakat umum.

Suku Samin dikenal dengan kejujuran, keluguan, tidak berprasangka jelek kepada orang lain, dan bersikap apa adanya.

Masyarakat Samin tidak suka disebut ‘samin’ karena memiliki konotasi negatif. Mereka lebih suka disebut Wong Sikep atau Sedulur Sikep karena sebutan tersebut bermakna orang yang baik dan jujur.

Suku Samin berawal dari seorang penduduk desa bernama Ki Samin Surosentiko yang lahir di Desa Poso, Kabupaten Blora, Jawa Tengah pada 1859.

 BACA JUGA:

Ia sangat dihormati masyarakat setempat, dirinya dikenal sosok mulia dan intelektual desa. Namun, pemerintah Belanda menganggap Samin sebagai penjahat yang keluar-masuk penjara.

Salah satu sikap yang diajarkan adalah Sedulur Sikep. Ajaran ini mengutamakan perlawanan tanpa senjata dan kekerasan terhadap penjajahan Belanda dan Jepang.

 Ilustrasi

Warga Samin (Okezone.com/Taufik Budi)

Pada masa penjajahan Belanda, masyarakat Samin menolak membayar pajak dan menentang peraturan yang diberlakukan pemerintah kolonial. Sikap inilah yang membuat mereka dinilai buruk pada masa itu.

Masyarakat Samin kemudian mengisolasi diri hingga pada pada tahun 1970-an mereka baru mengetahui bahwa Indonesia telah merdeka.

 BACA JUGA:

Mereka memegang prinsip ‘Ono niro mergo ningsung, ono ningsung mergo niro’yang artinya saya ada karena kamu, kamu ada karena saya. Prinsip inilah yang membuat orang Samin tidak mau menyakiti orang lain.

Suku Samin menganggap semua orang sebagai saudara dan menjunjung tinggi kebersamaan. Mereka tinggal berpencar di desa yang tersebar di Kabupaten Blora. Dalam satu desa, biasanya terdiri dari lima hingga enam kepala keluarga.

 Ilustrasi

Hingga saat ini, mereka masih memegang teguh Solahing Ilat atau gerak lidah. Makna ajaran ini adalah menjaga lidah atau lisan agar tetap mengucapkan kata-kata yang jujur dan tidak menyakiti hati orang lain.

Meskipun mata pencaharian utama suku Samin adalah petani, tetapi mereka tidak mau memetik buah dari atas pohon sebelum buah itu jatuh sendiri ke tanah.

Mereka menyatu dan menganggap alam sebagai pemberi kehidupan sehingga hanya mengambil seperlunya saja.

(Salman Mardira)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement