"Mungkin saja tidak bisa memiliki komitmen atau menepati janji, bisa saja dia tidak memiliki orang yang jadi role model (contohnya) untuk menjaga komitmen. Sehingga dia bisa saja tidak menghargai pasangan istri/suaminya atas perasaannya bagaimana," katanya.
"Atau juga memang orang-orang memiliki gangguan terhadap mental/kepribadian itu bisa juga ada kecenderungan untuk melakukan perselingkuhan," sambung dr Zulvia.
Dengan begitu, ia katakan kalau orang selingkuh tidak selalu membutuhkan seorang profesional seperti Psikolog ataupun Psikiater. Untuk membantu mengatasi permasalahan selingkuh itu, lagi-lagi dikatakan itu pengaruh dorongan kuat dalam diri yang tidak bisa dikendalikan.
"Jadi nggak selalu untuk orang selingkuh berarti harus bertemu Psikolog/Psikiater. Bisa saja karena memang pada diri seseorang tidak bisa mengendalikan dorongan seksual atau tertarik terhadap orang lain," ucapnya.
(Dyah Ratna Meta Novia)