Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Yuk Belajar Sejarah Peradaban Malang sejak Zaman Pra Kerajaan Mataram Kuno di Museum Mpu Purwa

Avirista Midaada , Jurnalis-Senin, 19 Juni 2023 |16:03 WIB
Yuk Belajar Sejarah Peradaban Malang sejak Zaman Pra Kerajaan Mataram Kuno di Museum Mpu Purwa
Museum Mpu Purwa di Malang, Jawa Timur (Foto: MPI/Avirista Midaada)
A
A
A

MUSEUM Mpu Purwa di Kota Malang, Jawa Timur menjadi salah satu destinasi wisata sejarah yang bisa jadi alternatif libur sekolah.

Museum yang terletak di Perumahan Griya Shanta, Jalan Soekarno-Hatta, Kota Malang ini menyimpan berbagai macam koleksi benda-benda cagar budaya, menjadi saksi perjalanan panjang peradaban Malang.

Tiba di area museum, dua arca besar telah menyambut kedatangan pengunjung di halaman. Tak hanya itu, beberapa cagar budaya lain berupa lingga dan yoni juga diletakkan di area halaman Museum Mpu Purwa.

Memasuki area dalam museum, satu arca besar yakni Brahma Catur Muka menyambut kedatangan pengunjung ke area ruangan museum. Arca Brahma Catur Muka ini memiliki tinggi 159 sentimeter, lebar 118 meter, dengan tinggi sekitar 2 meter.

Museum Mpu Purwa

(Foto: MPI/Avirista Midaada)

Bergeser ke ruangan pamer benda cagar budaya, sejumlah arca terpampang di dalam. Beberapa koleksi museum mulai dari Arca Ganesha, Arca Nandiswara, Arca Bodhisatwa Manjuseri, hingga Arca Agastya juga dijumpai di ruangan lantai satu.

Beberapa koleksi benda cagar budaya berusia tua seperti Arca Siwa Mahaguru berusia 800 tahun lebih. Arca ini identik dengan peninggalan Kerajaan Mataram, karena memiliki ciri yang sama dengan yang ditemukan di Candi Sambisari dan Candi Prambanan.

Tak ketinggalan, Prasasti Muncang yang berangka tahun 866 saka bulan Caitra tanggal 6 suklapaksa wuku shinta, yang bertepatan dengan tanggal 3 Maret 944 M, juga menjadi suguhan ke pengunjung museum, yang ingin belajar peradaban Malang sejak dahulu.

Di area ruangan museum lantai dua, beberapa diorama permukiman di zaman Kerajaan Majapahit dan Singasari juga dipamerkan. Tak ketinggalan beberapa benda cagar budaya juga masih menjadi objek yang dipamerkan di Museum Mpu Purwa lantai dua.

Infografis Museum Mpu Purwa

(Foto: MPI/Avirista Midaada)

Kepala Seksi (Kasi) Sub Koordinator sejarah dan tradisi budaya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Malang Arisandy Satrio Anggoro menyatakan, seluruh koleksi museum merupakan cagar budaya yang didapatkan dari area Malang. Dimana setiap setahun sekali koleksi-koleksi benda cagar budaya ini juga masih terus dijaga, dengan cara dibersihkan menggunakan cairan khusus.

"Perawatan dilaksanakan secara berkala setiap satu tahun sekali. Kita merawat semua koleksi kita di Mpu Purwa. Perawatannya kalau misalnya patung-patung disikat, diobati, pokoknya tidak sampai mengeluarkan lumut - lumut atau kotoran-kotoran yang bisa mengakibatkan kerusakan pada cagar budaya," ungkap Sandy.

Menurut Sandy, ada tiga jenis penyimpanan benda cagar budaya yang ada di Museum Mpu Purwa. Benda-benda itu ada yang disimpan di dalam lemari etalase kaca, ada yang di luar lemari kaca, meski masih berad di dalam ruangan. Sedangkan ada beberapa benda cagar budaya yang berada di luar ruangan, tepatnya di halaman depan Museum Mpu Purwa.

"Kalau untuk perawatannya sama-sama saja, perlakuannya sama saja, antara yang di dalam atau di luar kaca sama," tambahnya.

Sedangkan Analisis Penetapan Cagar Budaya dan Koleksi Museum Mpu Purwa Hariman Sulistyono mengungkapkan, bila setidaknya ada 136 koleksi benda cagar budaya yang dimiliki oleh museum. Benda-benda cagar budaya ini didapat dari wilayah Malang dan sekitarnya.

"Yang jelas itu begini dulu namanya berserakan, itu ada yang di rumah warga, dan tidak terawat, akhirnya oleh warga diserahkan kepada dulu itu ke Balai Penyelematan Cagar Budaya," ungkap Hariman.

Selanjutnya, oleh pemerhati sejarah dan budaya beberapa peninggalan itu dirawat dan dipindahkan ke museum, yang awalnya tidak terletak di lokasi Museum Mpu Purwa saat ini. Dari sanalah akhirnya cikal bakal Museum Mpu Purwa berdiri dan menggambarkan perjalanan sejarah di Kota Malang.

Museum Mpu Purwa

(Foto: MPI/Avirista Midaada)

"Oleh pemerhati terutama Pak Dwi Cahyono Inggil itu salah satunya juga, Pak Suwardono, Pak Mantari, almarhum, itu yang beliau-beliau yang terhadap peninggalan kuno, dirawat di sini sebelum jadi museum," tuturnya.

Menariknya, dari beberapa koleksi yang berada di Museum Mpu Purwa ada yang sempat dicuri oleh orang lain. Tetapi perjalanannya, benda-benda cagar budaya itu kembali dengan sendirinya, ada yang dengan cara tak logis atau di luar nalar.

"Memang semuanya asli di sini, termasuk arca-arca yang di depan itu. (Untuk cagar budaya yang dicuri kembali di luar logika) kalau itu antara percaya dan tidak percaya, tapi kita yang logika saja," bebernya.

Dari sejumlah koleksi benda cagar budaya, koleksi Arca Siwa Mahaguru yang berdasarkan kajian berasal dari peninggalan Kerajaan Mataram menjadi yang tertua. Konon usia arca yang diletakkan di lantai satu museum mencapai 800 tahun lebih.

"Ada Arca Siwa Mahaguru yang berusia 800 tahun lebih, ini ada Prasasti Muncang yang berangka tahun 866 saka bulan Caitra tanggal 6 suklapaksa wuku shinta, yang bertepatan dengan tanggal 3 Maret 944 M. "Itu kalau tidak salah berusia lebih dari 1.000 tahun, di masa Mpu Sindok," ucapnya.

Dengan sejumlah koleksi benda-benda cagar budaya itu, Museum Mpu Purwa mampu menarik perhatian wisatawan. Total setidaknya hanya 10 ribu pengunjung setiap tahunnya berkunjung ke museum, atau sekitar rata-rata per bulan di angka 27 - 28 pengunjung, pasca Covid-19.

Museum Mpu Purwa

(Foto: MPI/Avirista Midaada)

"Untuk saat ini kita berupaya meningkatkan setidaknya dalam satu tahun ada di atas 10 ribu. Kalau kita tinjau semasa Covid-19 tren naik terus," ujarnya.

Para pengunjung museum biasanya datang dari berbagai kalangan, mulai dari rombongan anak Taman Kanak-kanak (TK), SMA, perguruan tinggi. Berbagai wisatawan domestik itu datang dari Malang raya, Blitar, Surabaya, hingga Yogyakarta. Bahkan ada dari wisatawan asing dari Jerman, dengan tujuan penelitian.

"Di sini itu ada edukatornya yang bagian mengedukasi pengunjung, memberikan informasi tentang keberadaan atau cerita tentang benda yang ada di sini. Kemarin itu ada dari Jerman 8 orang datang, datang untuk penelitian di sini," paparnya.

(Rizka Diputra)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement