KETIKA kita mencerna makanan, lambung akan menggunakan asam untuk menghancurkan makanan agar bisa diproses. Sisa-sisa makanan ini pun akan dibuang lewat saluran pembuangan.
Tidak hanya sisa makanan, gas-gas hasil proses makanan juga akan dibuang lewat saluran pembuangan, atau yang lazim disebut sebagai kentut. Normalnya orang bisa kentut 14 hingga 23 kali dalam sehari. Tapi, jumlah kentut juga dipengaruhi oleh apa yang Anda makan sehari-hari
Jika tubuh menghasilkan banyak gas, ini akan menyebabkan rasa sakit dan tidak nyaman karena perut kembung. Nah, manfaat kentut dapat terasa ketika gas dikeluarkan sehingga perut kembali nyaman.
Ada beberapa kondisi yang dapat menyebabkan gas berlebih di saluran pencernaan, mulai dari menelan terlalu banyak udara saat makan atau minum hingga terlalu banyak mengonsumsi jenis makanan tertentu. Para ilmuwan telah menciptakan sebuah mesin yang akan mengenali dan menganalisis suara kentut, urine dan feses yang dikeluarkan seseorang.

Mesin ini, seperti disiarkan Medical Daily beberapa waktu lalu, dinamakan Mesin Pengujian Reproduksi Akustik Manusia Sintetis atau Synthetic Human Acoustic Reproduction Testing machine (S.H.A.R.T.) yakni merupakan perangkat mekanis dilengkapi pompa, nozel, dan tabung.
Alat-alat itu dimaksudkan untuk menciptakan kembali suara fungsi tubuh manusia. Pencipta mesin S.H.A.R.T. mempresentasikan pekerjaan mereka di konferensi Fluid Dynamics tahunan American Physical Society. Hasilnya belum dipublikasikan dalam jurnal peer-review.
Para ilmuwan melatih AI untuk mendeteksi dan meneliti suara skatologis sehingga suatu hari nanti dapat membantu dalam mendiagnosis penyakit mematikan seperti kolera dan menghentikan potensi wabah sejak dini.
Insinyur kedirgantaraan di Georgia Tech Research Institute (GTRI) Maia Gatlin mengatakan deteksi kasus yang lebih cepat akan membantu mengendalikan wabah. Para peneliti ingin menggunakan model AI bersama-sama dengan sensor yang relatif murah dan menggunakannya di daerah yang rentan terhadap wabah penyakit.
Suara adalah cara non-invasif untuk menganalisis kondisi usus dari jarak jauh. Sementara pelaporan mandiri tidak terlalu dapat diandalkan, maka peneliti menemukan cara non-invasif yang memungkinkan orang bisa mendapatkan pemberitahuan harus memeriksakan diri atau tidak.
Seperti urine tidak mengalir pada kecepatan yang seharusnya, suara kentut tidak terdengar seperti seharusnya sehingga harus memeriksakan diri ke dokter. Menurut data, AI dapat mengidentifikasi peristiwa ekskresi yang benar dengan akurasi 98 persen.
Para ilmuwan bersikeras agar alat mereka ramah di kantong semua orang, terutama karena proyek ini difokuskan pada daerah perkotaan dengan sistem kesehatan yang lemah. "Aspek keterjangkauan sangat penting bagi kami," demikian kata mereka.
(Martin Bagya Kertiyasa)