Para ilmuwan yang mengerjakan penelitian ini, akhirnya memutuskan untuk mengubah tujuan studi untuk mengamati bagaimana pandemi bisa memengaruhi struktur fisik otak remaja serta kesehatan mentalnya.
Peneliti kemduian memasangkan peserta dengan usia dan jenis kelamin yang sama dan mengurutkannya ke dalam subkelompok - pubertas, status sosial ekonomi, dan jenis stres masa kanak-kanak - untuk menilai perubahan di otak anak-anak tersebut dengan benar.
“Cara itu memungkinkan kami untuk membandingkan anak usia 16 tahun sebelum pandemi, dengan anak usia 16 tahun lainnya yang dinilai setelah pandemi,” jelas Ian Gotlib, penulis utama studi dan profesor psikologi di Stanford University.
BACA JUGA:Studi: Duh! Kecanduan Ponsel Bisa Turunkan Kreativitas Otak
BACA JUGA:Studi: Peningkatan Suhu Bumi Bikin Migrain Makin Memburuk