Tren Gowes Masih Populer di Kalangan Urban, Kenapa?
OLAHRAGA bersepeda atau lebih sering disebut gowes, memang menjadi tren gaya hidup yang populer karena pandemi Covid-19.
Tren gowes dengan sepeda mahal kebanyakan ini, ternyata tak hanya hype di 2 tahun pandemi ke belakang. Buktinya, hingga sekarang bersepeda alias gowed dengan sepeda mahal masih dijalani masyarakat dan komunitas orang khusus di kota urban.
Tak jarang pula, para pesepeda masih lalu lalang di jalanan pada akhir pekan. Ini menunjukkan minat hidup sehat khususnya olahraga sepeda stabil hingga sekarang.
Tak heran, acara-acara khusus untuk pesepeda masih terus digelar. Acara semacam itu ternyata dimanfaatkan bukan hanya memperbarui perintilan olahraga sepeda, tapi juga jadi ajang silaturahmi antar komunitas dan itu ternyata yang bikin gowes tetap ngetren sampai saat ini.
"Adanya event khusus untuk pesepeda itu jadi wadah bagi orang-orang bukan hanya mengeksplorasi hobi dan minat. Tapi juga jadi ajang silaturahmi memperkuat motivasi," ungkap Hasri Sigalingging, GM Technobike Indonesia, dalam keterangan resminya, dikutip Sabtu (19/11/2022).
Terlepas dari itu, olahraga bersepeda masih ditekuni oleh pencintanya karena terbukti membawa manfaat utamanya yakni untuk kesehatan.
"Gowes itu bikin tubuh terasa enteng, dan olahraga ini bukan cuma bakar kalori, tapi ada fun-nya. Bahkan bisa ketemu orang-orang lain yang satu kesukaan, jadi olahraganya lebih termotivasi," kata Silmi Hidayat, salah satu pesepeda.
Rutin bersepeda terbukti memang membawa manfaat baik bagi kesehatan. Dilansir dari Better Health, dijelaskan bahwa rutin bersepeda membawa manfaat baik untuk kebugaran kardiovaskular.
Selain itu, terjadi peningkatan kekuatan otot dan fleksibilitas, dan bahkan membuat mobilitas sendi yang lebih baik. Bahkan, rutin bersepeda juga disebut mampu membantu memperbaiki postur tubuh sekaligus memperkuat tulang.
Belum lagi, bisa menurunkan level stress tapi juga penurunan berat badan bisa dicapai dengan rutin bersepeda. Berat tubuh ideal, maka risiko penyakit-penyakit berbahaya pun bisa diturunkan risikonya.
(Rizky Pradita Ananda)
