Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Yuk Jelajahi Sejarah Zaman Purba di Desa Wisata Sangiran Sragen

iNews TV , Jurnalis-Kamis, 11 Agustus 2022 |15:01 WIB
 Yuk Jelajahi Sejarah Zaman Purba di Desa Wisata Sangiran Sragen
Desa Wisata Sangiran (dok iNews/Anindita)
A
A
A

Salah satunya tentang kegundahan ruang bermain yang hilang. Pertunjukan yang dimainkan oleh anak-anak dan orang dewasa ini tentu memberikan kesan tersendiri kepada para pengunjungnya.

Oleh karena itu, Anda dapat memberikan apresiasi secara sukarela. Masuk ke museum purba, Anda akan dibawa jauh ke masa lampau, yakni 2,4 juta tahun yang lalu.

Di mana pada waktu itu, Sangiran dipercaya berupa lautan. Oleh karenanya, di desa ini banyak ditemukan fosil berupa hewan laut dan moluska. Setelah itu, air menurun dan berubah menjadi pucangan, lalu menjadi rawa-rawa pada 1,8 juta tahun yang lalu. Namun, pada 900 ribu tahun yang lalu, Sangiran akhirnya menjadi daratan karena adanya material vulkanik.

Sampai akhirnya, sekitar 730.000 tahun yang lalu mulai adanya kehidupan, dengan ditandai menjadi golden era dari homo erectus dan munculnya berbagai jenis flora serta fauna.

Pada 300.000 tahun lalu, homo erectus bermigrasi ke arah timur, dikarenakan adanya aktivitas vulkanik yang membuat lahan menjadi kering dan tidak bisa menjadi tempat tinggal.

Kental dengan cerita masa kehidupan purba, di Desa Sangiran telah ditemukan sekitar 100 fosil manusia purba. Dengan jumlah tersebut, desa wisata ini sudah menyumbang 50 persen dari seluruh penemuan fosil homo erectus di dunia.

Salah satu fosil yang ditemukan ialah meganthropus paleojavanicus. Hal ini juga yang membuat Desa Wisata Sangiran ditetapkan sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO pada 1996.

Tidak hanya penemuan fosil, sejarah di Desa Wisata Sangiran ini juga terlihat dengan adanya beberapa cekungan air asin yang berusia 2,4 juta tahun. Cekungan air asin yang berada di wilayah perkebunan ini dinamai dengan Mata Air Pablengan.

Di mana, ‘bleng’ adalah garam yang dibuat untuk kerupuk gendar. Air asin ini juga dulunya kerap digunakan sebagai pengganti garam dapur, sebelum akhirnya mudah ditemukan seperti sekarang.

Uniknya lagi, pada mata air ini terdapat gelembung yang berbau belerang. Oleh karenanya, saat api mendekat, maka akan meletup. Mata air asin ini berawal karena Sangiran dulunya berupa lautan. Namun, adanya pergeseran kulit bumi lah yang membuat air asin ini terperangkap di Sangiran hingga saat ini.

Untuk tiba di Mata Air Pablengan, Anda perlu membelah hamparan sawah yang jadi #PesonaIndonesia, tentu dapat memanjakan pandangan.

Desa wisata yang ditetapkan pada pertengahan 2019 ini telah dikunjungi oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno.

Diakui oleh Aries Yustioko, sekretaris Desa Wisata Sangiran, Sandiaga Uno sempat mencicipi sensasi menaiki getek –perahu yang dibuat dari bambu- pada aliran sungai yang sampai ke Punden Tingkir.

“Yang pertama kemarin, mas menteri sempet naik getek sampai ke Punden Tingkir. Di situ juga ada event tahunan kita, pasar budaya yang berbagai macam kuliner dan kerajinan UMKM, produk-produk yang ada di tempat kita. Kemudian, berkunjung ke museum sangiran,” tuturnya.

Aries juga mengatakan, jika UMKM inilah yang membuat Desa Wisata Sangiran tetap bangkit meski diterpa pandemi Covid-19.

“Kita desa wisata kebentuk di tahun 2019 pertengahan, kemudian kita baru merintis, tapi di 2020 awal kita udah keserang pandemi. Tapi kita juga tidak patah semangat, kita selalu berkreasi, kita menciptakan inovasi-inovasi yang ada di tempat kita. Kita mengembangkan, baik itu dari produk umkm, kuliner, dan juga souvenir-souvenir seni budaya yang ada di tempat kita,” ujarnya.

Produk UMKM ini dijajakan tidak hanya pada saat event saja, namun juga setiap Minggu di Taman Punden Tingkir. Anda akan menemukan berbagai produk UMKM Desa Sangiran yang tentunya hanya ada #DiIndonesiaAja. Di hari biasa, taman ini digunakan sebagai tempat berlatih pencak silat.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita women lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement