INGIN wisata keliling desa sambil menikmati hamparan sawah dengan naik gerobak sapi? Bisa banget dilakukan di Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Sensasinya, serasa kembali ke zaman dahulu loh.
Di daerah ini, pengemudi gerobak sapi biasanya sering disebut bajingan.
Bajingan sebenarnya memiliki kepanjangan yang sangat baik, yakni bagus jiwanya dan selalu ingat pada Tuhan.
Dulu banyak warga menekuni profesi sebagai bajingan, saat gerobak sapi menjadi salah satu moda transportasi yang populer.
Namun ditengah perkembangan zaman, gerobak sapi kalah bersaing dengan kendaraan bermesin.
Kini gerobak sapi itu digunakan warga setempat untuk melayani wisata.
Gerobak menjadi sarana wisata yang banyak dikembangkan warga di Pedukuhan Jodog, Kalurahan Gilangharjo, Pandak.
“Setidaknya ada 40-an pemilik gerobak sapi yang bersertifikat dan bertahan,” kata Ketua paguyuban Wisata Gerobak Sapi “Jodogkarta” Tri Iswanto.
Gerobak sapi kini banyak dipakai wisatawan untuk menikmati suasana tempo dulu. Mereka akan naik gerobak sapi untuk menikmati alam desa. Tidak sedikit yang menggunakan untuk kendaran pengantin menuju ke lokasi resepsi.
Agar keberadaan gerobak sapi tetap lestari, mereka menggelar kopi darat dan berkumpul di Lapangan Jodog setiap Minggu Pon. Gerobak sapi ini dibawa dan dijejer untuk dikenalkan kepada generasi muda.
Bagi wisatawan yang tertarik bisa naik dengan membayar Rp75.000 untuk berwisata keliling dusun selama 30 menit untuk lima penumpang.
“Baru sebulan kami mulai dan respoons masyarakat sangat bagus,” katanya.
Salah satu pemilik gerobak sapi, Sumardiyanto mengatakan, gerobak sapi bukanlah sekedar angkutan tradisional saja. Namun menjadi kebanggaan bagi pemiliknya, dengan harga pembuatan sekitar Rp15 juta belum nilai dua sapi yang menjadi penarik.
“Ini adalah aset yang ternilai, bukan hanya sekadar alat transportasi,” katanya.
Gerobak milik Sumardiyanto pernah menyabet juara pertama pada festival gerobak sapi tiga tahun berturut-turut.
Semua perangkat yang ada pada gerobak masih asli.
Gerobak ini dulu menjadi andalan bagi perajin batik di Karangkajen maupun untuk produksi mi lethek untuk mengangkut kayu bakar.
(Kurniawati Hasjanah)