“Berbicara itu adalah salah satu perilaku gerakan yang lebih kompleks. Ada 100 otot yang terlibat di dalamnya, yang harus berkoordinasi satu sama lain dalam skala waktu milidetik, dan itu tergantung pada otak yang berfungsi dengan baik,” jelas Dokter Soo-Eun Chang.
Terkait hubungan antara Covid-19 sebagai penyebab timbulnya gejala neurologis ini sendiri. Dari laporan Scientific American, seperti yang dilaporkan oleh ilmuwan, meskipun mereka menemukan ada jejak virus pada beberapa otak pasien Covid-19 yang diotopsi.
Tapi hal ini tidak otomatis ditemukan di semua pasien, membuat para peneliti mencoba cara lain untuk menemukan bagaimana virus SARS-CoV-2 ini bisa berdampak pada neurologis manusia. Maka dari itu, tahapan penelitian dikatakan membutuhkan lebih dari sekedar otopsi otak.
Untuk diketahui, Scientific American sendiri menginformasikan sejauh ini mereka hanya memiliki beberapa data dari beberapa ratus dikarenakan kurangnya laboratorium memadai yang memenuhi syarat dan peralatan yang diperlukan.
(Dyah Ratna Meta Novia)