MINIMNYA ketersediaan Alat Pelindungan Diri (APD) membuat tim medis Pusekemas Muara Siberut, Kecamatan Siberut Selatan, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, mengenakan jas hujan sebagai gantinya. Jas hujan tersebut digunakan saat memeriksa kesehatan lima turis asal Jerman, yang dicurigai terpapar virus corona (COVID-19).
Bukan di sana saja, beberapa waktu lalu tenaga medis yang memeriksa pasien suspect virus corona di Jawa Barat, menggunakan jas hujan. Alhasil, aksi para tim medis yang menggunakan jas hujan sebagai pengganti APD, memancing perhatian masyarakat Indonesia.

Banyak orang yang menyayangkan dinas kesehatan yang tidak menyiapkan standar APD, yang diperlukan oleh para tim medis. Padahal tim medis merupakan orang-orang yang ada pada garis terdepan yang rentan terinfeksi penyakit.
Dokter Spesialis Emergensi AGD Dinas Kesehatan DKI Jakarta, dr Handrian Purawijaya, SpEm, pun ikut menanggapinya. Menurutnya, jas hujan memang bisa digunakan sebagai pengganti APD, standar bagi para petugas medis.
“APD (dipakai) tujuannya untuk menahan droplet agar tidak menempel pada tubuh manusia. Secara teoritis semua perlengkapan yang mampu menangkal air bisa digunakan sebagai pengganti APD,” terang Dokter Handrian saat workshop virtual, Kamis (19/3/2020).
Virus corona yang dihadapi saat ini, terang Dokter Handrian, dapat menyebar melalui droplet. Droplet berasal dari percikan dahak atau bersin, yang dikeluarkan oleh pasien.
Namun bukan berarti dengan adanya jas hujan, bisa menggantikan peran APD yang sesungguhnya. Meskipun tahan terhadap percikan air, namun jas hujan tidak memiliki tingkat keamanan yang baik, layaknya standar APD yang dimiliki oleh para tenaga medis.

“Jas hujan memang bisa digunakan, Tapi sayang evidence base-nya (bukti ilmiah) tidak ada. Jadi sebenarnya bisa pakai jas hujan secara teoritis dan digunakan kalau kepepet saja,” tuntasnya.
(Dewi Kurniasari)