Ada juga yang mengkritik nomor Dunbar dengan alasan metodologis. Ukuran otak primata dipengaruhi oleh aspek lain selain kompleksitas sosial: faktor-faktor seperti pola makan juga dapat mempengaruhi.
Tim Inggris-Belanda berpendapat bahwa meskipun neokorteksnya terbatas, kapasitas sosial dapat diperluas dalam situasi budaya yang berbeda dan dengan bantuan teknologi yang berbeda. Salah satu contoh adalah warga Jamaika berpenghasilan rendah umumnya memiliki kontak ponsel yang banyak, bahkan umumnya melewati 150 orang.
Memang, modal sosial dapat menjadi sangat penting bagi orang-orang yang tidak memiliki bentuk modal lain, seperti yang dikatakan oleh Acedo Carmona yang melakukan penelitian di Ghana utara dan Oaxaca, Meksiko.
Keanekaragaman hayati yang tinggi, letak pegunungan yang terpencil, dan pengaruh kolonialisme Spanyol berkontribusi pada lingkaran sosial yang kecil di Oaxaca, sebagian besar terdiri dari keluarga inti.
Tetapi sumber daya Ghana yang langka membuat masyarakatnya harus menjalin relasi yang lebih luas dan melakukan kerja sama antar-etnis untuk bertahan hidup. Dengan demikian, "fokus pada ukuran otak dan keterbatasan kognitif mungkin terlalu sederhana", Acedo Carmona menekankan.
Teori Dunbar mungkin paling cocok untuk masyarakat pramodern atau untuk kelompok berpenghasilan menengah di masyarakat Barat kontemporer atau yang disebut Weird (Masyarakat barat, berpendidikan, bekerja di industri, kaya dan demokratis).
Kehadiran internet
Slack, salah satu aplikasi yang mendukung komunikasi tim, disebut sangat bermanfaat oleh perancang digital AS, Carly Ayres. Beberapa tahun yang lalu Ayres membuat grup Slack untuk sesama desainer, dengan nama 100s under 100.
Grup ini membagi para peserta ke grup-grup perbincangan yang lebih kecil, untuk membuat komunikasi antara para anggota lebih efektif. Teori Dunbar masuk akal, ujar Ayres, mengingat pengamatannya terhadap komunitas online.