Intip Teknologi Intai Canggih Buatan Anak Bangsa, Ada yang Tanpa Awak Lho!
Kata siapa Indonesia tidak bisa menciptakan teknologi? Fakta menjelaskan kalau bangsa ini mampu mencipta beberapa robot yang bahkan bisa memenangi kompetisi tingkat dunia.
Hal yang lebih luar biasa lagi, beberapa teknologi yang dibuat adalah teknologi khusus untuk pengintaian, seperti beberapa teknologi yang berhasil Okezone rangkum di bawah ini.
Sebelumnya, Anda mesti tahu kalau Indonesia sudah memiliki pesawat intai dengan sebutan Unmanned Aerial Vehicle (UAV) ini menjadi teknologi paling pesat perkembangannya di dunia. Selain bisa digunakan untuk membantu aktivitas keseharian, alat ini bisa bermanfaat untuk keperluan militer.
So, berikut teknologi intai ciptaan anak bangsa
1. Rajawali 350
Rajawali 350 merupakan drone berukuran besar dengan bobot mencapai 120 kg yang wujudnya menyerupai helikopter. Drone yang mengadopsi mesin turbin berkekuatan 25 Kw ini memiliki radius operasi sejauh 120 km dengan ketinggian mencapai 4.500 meter.
Sedangkan kecepatan drone ini dapat melaju hingga145 km per jam. Drone Rajawali 350 digunakan prajurit TNI AL untuk mengawasi aktivitas berbagai kapal yang wara wiri di lautan.
2. Aerostar TUAV
Pesawat intai tanpa awak ini pertama kali masuk dan diperkenalkan ke publik pada tahun 2012 lalu. Drone miliki TNI AU ini panjangnya mencapai 4,5 meter dan lebar 6,5 meter. Alat ini mampu menjangkau jarak hingga radius 200 meter.
Drone berbobot 210 kg ini memiliki kecepatan jelajah 114 km/jam. Sedangkan ketinggian maksimal yang mampu dicapainya ialah 5,8 km dari permukaan tanah.
3. Super Drone
Super Drone merupakan pesawat tanpa awak sepanjang enam meter dan lebar empat meter. Drone milik TNI AD ini mampu bekerja di perbatasan dengan durasi 6-9 jam.
Namun, daya jelajahnya sangat terbatas di mana hanya mampu menempuh jarak 100 meter saja. Drone berbobot 120 kg ini mampu membawa muatan seperti kamera hingga mencapai 45 kg.
4. Microdrone MD4-1000
Ini adalah drone yang bisa diandalkan dalam misi di daerah konflik. Drone dengan empat baling-baling buatan Jerman tersebut sangat sangat lihai melakukan pengintaian di daerah rawan konflik.
Bahkan, drone ini mampu bertahan di suhu -10 hingga 50 derajat celsius dan dapat terbang selama 90 menit dengan speed 12 meter per detik. Sedangkan untuk pengendalian, pesawat nirawak ini mampu terbang 500 meter dari pengendali. Namun, dengan waypoint GPS jarak jangkaunya mampu mencapai radius 40 km.
(Helmi Ade Saputra)
