Untuk itu kata Nila diperlukan industri yang kuat selaku produsen penyediaan obat. Hampir seluruh kebutuhan di Indonesia termasuk ketersediaan biologi selain vaksin masih dipenuhi masih impor.
"Ini sudah tentu menjadi hal yang perlu kita siasati bersama agar Indonesia dapat memproduksi sendiri dan mengurangi ketergantungan terhadap negara lain. Dengan memproduksi sendiri kita harapkan biaya akan dapat lebih terjangkau," jelas Nila.
Untuk industri farmasi, menurut Nila, Indonesia sudah mendirikan usaha bersama atau "joint venture" dengan beberapa negara seperti dengan China, Korea Selatan, Jerman, Spanyol dan India untuk beragam jenis obat.
(Baca Juga: Perempuan Cantik Ini Punya Otot Besar di Sekujur Tubuhnya, Berani Ajak Kencan?)
Sedangkan untuk industri alat kesehatan sudah bekerja sama Jepang, Yordania, Jerman, Korea Selatan, Amerika Serikat dan RRC untuk memproduksi jarum suntik, scan jantung, kacamata dan lainnya.
Menurut rencana, pabrik PT KGM tersebut akan memproduksi Erythopoietin (EPO) untuk pengobatan cuci daerah dan kanker yang akan diekspor ke pasa ASEAN dan negara lain.
Produksi lain adalah Granulocyte Colony Stimulating Factor (GCS) sebagai obat untuk meningkatkan produksi granulosit, Efepoieting (Long Acting EPO) yang merupakan molekul baru untuk menstimulasi pembentukan sel darah merah, produksi insulin serta MAb (Monoklonal Antibodi) untuk pengobatan kanker.
(Muhammad Saifullah )