PENYAKIT limfoma mungkin terdengar asing di telinga Anda. Tapi, ketika mengetahui data penderitanya di Indonesia, Anda bakal terkejut dan tentunya ini menjadi kewaspadaan tersendiri, khususnya untuk semakin menggiatkan pemeriksaan dini.
Agar lebih jelas, limfoma sendiri merupakan istilah umum untuk beberapa tipe kanker darah yang muncul dalam sistem limfatik. Di mana, kondisi ini menyebabkan terjadinya pembesaran kelenjar getah bening. Ya, secara garis besarnya, ini masalah kelenjar getah bening.
Mereka yang mengalami masalah ini biasanya disebabkan oleh sel-sel limfosit B atau T, yang mana itu merupakan sel darah putih yang dalam keadaan normal atau sehat berfungsi untuk menjaga daya tahan tubuh manusia.
Lebih lanjut lagi, sel darah putih ini punya fungsi khusus, yaitu sebagai penangkal infeksi bakteri, jamur, parasit, atau virus. Kemudian, menjadi abnormal dengan membelah lebih cepat dari sel biasa atau hidup lebih lama dari biasanya.
Perlu Anda ketahui, penyakit limfoma ini memiliki 2 tipe; limfoma Hodgkin (LH) dan limfoma Non-Hodgkin (LNH). Dari dua jenis ini, 90 persen pasien limfoma adalah penderita LNH dan sisanya adalah penderita LH.
Nah, dari data itu kemudian pengembangan obat penangkal penyakit ini pun terus dilakukan sampai sekarang. Sampai akhirnya, alternatif treatment untuk penyakit ini pun berhasil ditemukan.
Adalah obat onkologi Bendamustine. Obat ini merupakan obat antitumor teralkilasi dengan aktivitas unik yang memiliki cincin benzimidazole menyerupai purine.
Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan dan dipublikasi di Jurnal Kedokteran terkemuka LANCET, Prof. Rummel MJ, MD, Ph.D, dari Rumah Sakit Universitas Giessen Jerman, obat ini bisa menjadi alternatif penyembuhan limfoma.
(Baca Juga: Kisah Seorang Ibu yang Harus Melahirkan Mendadak hingga Angkat Rahim)
Penelitian yang dia lakukan melibatkan 77 pasien yang mendapatkan perawatan dengan Bendamustine R dan 109 pasien yang mendapatkan perawatan CHOP-R. Selanjutnya, pada bulan ke-117, sebanyak 52 pasien yang menggunakan CHOP-R mendapatkan treatment Bendamustine R untuk pengobatan lanjutannya. Sementara itu, 27 pasien yang sebelumnya menggunakan Bendamustine R, pada treatment lanjutan diberikan CHOP-R.
(Baca Juga: Sempat Ingin Suntik Mati, Dian Berjuang Sembuh dari Kanker Getah Bening)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien dengan treatment Bendamustine plus Rituximab berhasil meningkatkan waktu pengobatan berikutnya (TTNT) dibandingkan pasien dengan NHL indolent yang mendapatkan treatment CHOP-R. Data ini juga menjelaskan bahwa jadwal perawatan pasien LNH indolent berikutnya mencapai 69,5 bulan, jauh lebih lama dibandingkan pasien perawatan CHOP-R yang hanya 31,2 bulan.
“TTNT yang lebih lama berarti berkurangnya effort pasien yang harus mendapatkan perawatan sekunder setelah treatment menggunakan Bendamustine R. lamanya durasi ini dapat dimanfaatkan pasien untuk bisa beraktivitas pengendalian penyakit atau juga dapat mendorong keberlangsungan hidup yang lebih lama bagi penderita limfoma,” papar Prof. Rummel, saat ditemui di acara Rudy Soetikno Memorial Lecture di Titan Center, Bintaro, Tangerang Selatan, Sabtu (27/1/2018).
Sementara itu, ketika ditanyakan apakah obat ini bisa dikombinasikan dengan kemoterapi? Prof. Rummel menjelaskan bahwa hal itu bisa terjadi. Namun, yang mesti diperhatiakn berikutnya adalah keparahan dari penyakit yang diderita. Setelah itu, dilihat juga bagaimana kondisi tubuh si pasiennya. Jadi, kembali lagi ke kondisi pasiennya.
Kemudian, bicara mengenai usia harapan hidup, ternyata pasien dengan masalah limfoma ini memiliki rata-rata usia hidup selama 5 tahun setelah terdeteksi penyakit limfoma di dalam tubuhnya. Ini bisa sangat subjektif dan itu terkait dengan tingkat keganasan penyakit dan bagaimana treatment yang dijalani pasien selama masa penyembuhan.
“Masalah usia harapan hidup, semua dikembalikan lagi kepada Tuhan. Tapi, bicara mengenai dunia medis, kami biasanya menilainya dilihat dari keganasan penyakit dan juga pengobatan yang sudah pasien lakukan. Yang paling mungkin bisa sembuh dengan baik adalah mereka yang sudah mengenali penyakitnya sejak dini, jadi penanganannya masih bisa maksimal. Kemudian, yang mesti dipertegas lagi, tidak ada laki-laki atau perempuan yang memiliki angka harapan hidup yang lebih baik,” papar Dr.dr. Hilman Tandjoedin, Sp.PD-KHOM.
(Muhammad Saifullah )