JAKARTA - Lebih dari 100 juta orang, termasuk setidaknya 15 juta anak-anak, menggunakan rokok elektrik (vape). Hal ini memicu gelombang baru kecanduan nikotin.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), anak-anak sembilan kali lebih mungkin menggunakan vape daripada orang dewasa.
Dr. Etienne Krug dari WHO mengatakan rokok elektrik memicu "gelombang baru" kecanduan nikotin. Dengan embel-embel "lebih sehat" daripada rokok tembakau, ternyata vape sama berbahayanya. Justru dengan munculnya vape, anak-anak malah lebih cepat kecanduan nikotin.
"Mereka dipasarkan sebagai pengurangan bahaya, tetapi pada kenyataannya, mengaitkan anak-anak dengan nikotin lebih awal dan berisiko merusak kemajuan selama beberapa dekade."
"Jutaan orang berhenti atau tidak mengambil penggunaan tembakau berkat upaya pengendalian tembakau oleh negara-negara di seluruh dunia," katanya.
Direktur Jenderal WHO, Dr. Tedros, mengatakan industri tembakau sengaja menargetkan kaum muda. Menurut data yang dihimpun WHO, setidaknya 15 juta remaja berusia antara 13 dan 15 tahun sudah menggunakan vape, berdasarkan survei dari 123 negara.
Sementara banyak negara telah melakukan upaya untuk memperkenalkan peraturan rokok elektrik untuk mengatasi vaping anak-anak dalam beberapa tahun terakhir, pada akhir 2024, 62 negara masih belum memiliki kebijakan, dan 74 negara tidak memiliki usia minimum di mana rokok elektrik dapat dibeli, kata WHO.
Karena mengandung nikotin yang membuat ketagihan, tentunya bagi orang yang sudah terlanjur kecanduan maka akan sulit untuk berhenti menggunakan vaping. Namun, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk perlahan lepas dari rokok elektrik ini.
Para ahli, seperti Pusat Nasional untuk Penghentian dan Pelatihan Merokok (NCSCT), umumnya merekomendasikan semacam pendekatan bertahap. Salah satu tips untuk vapers adalah mengurangi kekuatan nikotin dari e-liquid mereka dalam tahap dua hingga empat minggu.
Cara lain yang dapat dilakukan, misalnya mengambil isapan yang lebih pendek (terutama jika Anda menggunakan sekali pakai).
Anda juga bisa menetapkan aturan untuk diri sendiri, misalnya dengan hanya menggunakan vape di luar rumah.
Anda juga bisa mencoba terapi penggantian nikotin (NRT), mengunyah permen karet, dan semprotan yang digunakan sebagai pengganti vape.
Jika diperlukan, Anda bisa meminta bantuan penyedia layanan kesehatan tentang alat dan sumber daya yang dapat digunakan untuk berhenti dari vape. Mereka mungkin menyarankan obat-obatan untuk membantu mengelola gejala penarikan nikotin.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)