Dalam kesempatan ini, Fadli turut menegaskan bahwa kekayaan budaya Indonesia bukan sekadar diversity, melainkan mega diversity.
“Keberagamannya luar biasa, budaya-budaya ini tersebar di seluruh pelosok negeri, dan kita memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga dan melestarikannya. Karena kalau bukan kita yang menjaga budaya kita, siapa lagi?” tuturnya.
Ia melanjutkan, “Terlebih, Lombok Utara juga telah menjadi destinasi wisata. Tapi destinasi ini harus dikembangkan dengan modal budaya yang kuat: wisata budaya, wisata alam, wisata kuliner, wisata sejarah, hingga wisata religi. Ini adalah bagian dari bagaimana ekonomi budaya akan semakin relevan dan penting bagi kita, terutama dalam menghidupi masyarakat.”
Ritual Mulud Adat Bayan turut dihadiri oleh Bupati Lombok Utara, Najmul Akhyar; Wakil Bupati Lombok Utara, Kusmalahadi Syamsuri; Asisten III Provinsi Nusa Tenggara Barat, Eva Dewiari beserta tokoh adat Bayan, budayawan NTB, serta para pemangku budaya.
Hadir mendampingi Menteri Kebudayaan, Staf Khusus Menteri Bidang Protokoler dan Rumah Tangga, Rachmanda Primayuda; Direktur Bina Kepercayaan Terhadap Tuhan yang Maha Esa dan Masyarakat Adat, Sjamsul Hadi; dan Kepala Balai Pelestarian Wilayah XV, Kuswanto.
Fadli menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya atas sambutan hangat dan kehormatan yang diberikan oleh masyarakat Bayan dan Pemerintah Daerah Lombok Utara. Pada kesempatan ini, Menteri Kebudayaan turut menerima gelar “Datu Pangeran Mas Depati”.
“Gelar ini merupakan bentuk penganugerahan yang mencerminkan ketulusan masyarakat Kabupaten Ranggup Utara, khususnya masyarakat adat di Kecamatan Bayan. Datu berarti pemimpin yang mengayomi. Raden Mas berarti keluarga inti," ujar Bupati Lombok Utara Najmul Akhyar.