Kemenbud Hadirkan Kuliner Cara Puri, Jamuan Tradisi Kerajaan Bali

Agustina Wulandari , Jurnalis
Selasa 02 September 2025 18:16 WIB
Kemenbud Hadirkan Kuliner Cara Puri. (Foto: dok Kemenbud)
Share :

GIANYAR – Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia menyelenggarakan kegiatan bertajuk Harmoni Pemajuan Kebudayaan dengan salah satu rangkaian istimewa yaitu “Kuliner Cara Puri”.

Dalam sambutannya, Menteri Kebudayaan Fadli Zon menuturkan bahwa jamuan Cara Puri bukan sekadar peristiwa kuliner, melainkan sebuah ritual budaya yang diwariskan turun-temurun dari istana-istana (puri) di  Bali.

“Tradisi jamuan kerajaan ini mengajarkan kita bahwa makanan tidak hanya untuk mengisi jasmani, tetapi juga sarana doa, harmoni, dan penghormatan kepada leluhur. Cara Puri adalah kearifan lokal yang sarat nilai filosofi dan relevan untuk kita lestarikan di tengah modernitas,” ujarnya.

Cara Puri bukan sekadar menyantap makanan, melainkan sebuah ritual kebudayaan yang sarat nilai filosofi, tata krama, serta simbol penghormatan terhadap leluhur dan alam.

Dalam jamuan ini, hadirin diperkenalkan pada susunan hidangan bertingkat yang tersaji dengan urutan tertentu, dari pembuka hingga penutup, mencerminkan keteraturan kosmis dan filosofi keseimbangan hidup atau Rwa Bhineda.

Bahan-bahan yang digunakan pun mengutamakan pangan lokal Bali, seperti beras merah, lawar, sate lilit, jukut ares, jajan Bali, hingga olahan hasil bumi yang diberi makna spiritual.

Setiap rasa yang dihadirkan, dari manis, asin, pedas, hingga pahit, melambangkan dinamika kehidupan manusia. Kehadirannya dalam satu jamuan menjadi simbol keseimbangan antara suka dan duka.

Tata cara penyajian pun ditata penuh estetika menggunakan wadah tradisional, seperti dulang, bokor, dan daun pisang yang menekankan harmoni antara manusia dan alam.

Di balik seluruh proses ini, jamuan Cara Puri mengajarkan sikap rendah hati, kebersamaan, serta penghormatan kepada tamu, sebagaimana para raja di Bali memperlakukan bangsawan, rakyat, maupun tamu kehormatan dalam tradisi kerajaan.

Menanggapi kekayaan budaya tersebut, Fadli juga menyampaikan pentingnya mengenali dan melestarikan khazanah gastronomi kerajaan yang berkembang di Bali.

“Bali juga dikenal dengan ragam kulinernya, baik yang dikonsumsi sehari-hari, sebagai banten atau sesaji dalam upacara adat, hingga kuliner ala puri. Sejarah mencatat bahwa di Bali telah banyak berdiri kerajaan atau puri yang hingga kini masih dapat kita lihat peninggalan bersejarahnya," tuturnya.

Namun, lanjutnya, perlu dicatat adalah gastronomi raja-raja Bali yang demikian kaya dan sarat nilai-nilai. Beragam produk kuliner yang diolah dengan bahan-bahan khusus mencerminkan pengetahuan pemilihan dan pengolahan bahan, teknik dan teknologi memasak, hingga penyajian yang dikemas demikian menarik.

"Tentu tidak hanya memenuhi cita rasa yang enak namun menanamkan makna nilai yang demikian mendalam,” ucap Fadli.

Melalui pengalaman gastronomi ini, para penikmat hidangan tidak hanya menikmati cita rasa kuliner, tetapi juga meresapi makna jamuan kerajaan sebagai refleksi kearifan lokal Bali.

Kuliner Cara Puri menjadi wujud nyata bahwa makanan tradisional tidak sekadar pemenuhan kebutuhan jasmani, melainkan juga media pewarisan budaya, doa, dan harmoni.

Kehadiran Penglingsir dari berbagai puri di Bali dalam jamuan ini menambah kehormatan, sekaligus mempertegas bahwa tradisi istana masih hidup, berkembang, dan relevan di tengah kehidupan masyarakat modern.

Dalam kegiatan ini, Kementerian Kebudayaan secara khusus mengundang Yang Mulia para Penglingsir, yaitu pemimpin lembaga kekerabatan atau Puri (istana bangsawan) di Bali. Penglingsir memiliki posisi penting sebagai panutan dalam adat, budaya, dan ritual keagamaan masyarakat bangsawan Bali.

Harmoni Pemajuan Kebudayaan. (Foto: dok Kemenbud)

Kehadiran mereka menjadi penegas kuatnya dukungan terhadap upaya pelestarian dan pemajuan kebudayaan. Para penglisir tersebut antara lain:

  1. Yang Mulia Anak Agung Bagus Partha Wijaya – Penglingsir Puri Agung Karangasem
  2. Yang Mulia Anak Agung Gde Mayun, SH – Penglingsir Puri Agung Gianyar
  3. Yang Mulia Anak Agung Ngurah Wira Bima Wikrama – Penglingsir Puri Agung Denpasar
  4. Yang Mulia Ida Dalem Semaraputra – Penglingsir Puri Agung Semarapura, Klungkung
  5. Yang Mulia Ida Tjokorda Anglurah Tabanan – Penglingsir Puri Agung Tabanan
  6. Yang Mulia Anak Agung Oka Dharmawan – Penglingsir Puri Agung Buleleng
  7. Yang Mulia Prof. Anak Agung Gde Muninjaya – Penglingsir Puri Agung Susut, Bangli
  8. Yang Mulia Ida Tjokorda Mengwi XIII – Penglingsir Puri Ageng Mengwi, Badung
  9. Yang Mulia Anak Agung Bagus Hari Sutedja – Penglingsir Puri Agung Negara, Jembrana
  10. Yang Mulia Anak Agung Ngurah Ugrasena – Penglingsir Puri Agung Singaraja
  11. Yang Mulia Anak Agung Alit Kakarsana – Penglingsir Puri Ageng Blahbatu
  12. Yang Mulia Anak Agung Putra Dharma Nuraga – Penglingsir Puri Agung Pamecutan
  13. Yang Mulia Anak Agung Ngurah Kusumawardhana – Penglingsir Puri Agung Kesiman, Denpasar
  14. Yang Mulia I Gusti Ngurah Jaka Pratidnya – Penglingsir Puri Agung Jro Kuta, Denpasar
  15. Yang Mulia Cokorda Gde Putra Nindia, SH, MH – Penglingsir Puri Agung Peliatan, Ubud
  16. Yang Mulia Drs. Tjokorda Gde Putra Sukawati – Penglingsir Puri Agung Ubud
  17. Yang Mulia Prof. Dr. Tjokorda Gde Raka Sukawati – Penglingsir Puri Anyar, Campuhan Ubud
  18. Yang Mulia Prof. Dr. Ir. Tjokorda Oka Ardhana Sukawati, M.Si – Penglingsir Puri Sakti, Sambahan Ubud
  19. Yang Mulia Tjokorda Raka Kerthyasa – Penglingsir Puri Agung Ubud (Ibah Hotel, Campuhan)
  20. Yang Mulia Tjokorda Ngurah Suyadnya – Penglingsir Puri Agung Langon, Ubud
  21. Yang Mulia Anak Agung Ari Dwipayana – Penglingsir Puri Agung Kauhan, Ubud
  22. Yang Mulia Anak Agung Bagus Ngurah Agung – Penglingsir Puri Gede Karangasem

Beberapa tokoh dan pejabat yang hadir, di antaranya para penglingsir puri di Bali; Ketua DPRD Provinsi Bali, Dewa Made Mahayadnya; Ketua Asosiasi Museum Indonesia (AMI), Putu Supatma Rudana; Direktur Neka Art Museum, Pande Made Kardi Suteja; serta Kurator Pameran Seni Rupa Keris, Mikke Susanto.

Hadir pula Direktur Jenderal Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi Kementerian Kebudayaan, Restu Gunawan; Sekretaris Direktorat Jenderal Pelindungan Kebudayaan dan Tradisi, Wawan Yogaswara; Direktur Bina Kepercayaan dan Masyarakat Adat, Sjamsul Hadi; Direktur Warisan Budaya, I Made Dharma Suteja; serta Direktur Eksekutif Museum dan Cagar Budaya, Indira Esti Nurjadin.

Melalui kegiatan ini, Kementerian Kebudayaan menegaskan komitmennya untuk terus mendorong pelestarian kebudayaan, harmoni antarmasyarakat adat, serta penguatan identitas bangsa.

Kehadiran para seniman, akademisi, serta Yang Mulia para Penglingsir menunjukkan betapa pentingnya gotong royong lintas elemen dalam menjaga keberlanjutan tradisi.

(Agustina Wulandari )

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Women lainnya