Bayi Tak Mau ASI, Jangan Buru-Buru Beli Susu Formula

Aulia Rizky Utami, Jurnalis
Rabu 06 Agustus 2025 12:29 WIB
Bayi Tak Mau ASI, Jangan Buru-Buru Beli Susu Formula (Foto: Freepik)
Share :

JAKARTA – Setiap pekan pertama bulan Agustus, dunia memperingati World Breastfeeding Week atau Pekan Menyusui Sedunia. Tahun ini, Pekan Menyusui Sedunia 2025 mengangkat pentingnya dukungan menyeluruh bagi ibu menyusui, mulai dari lingkungan keluarga hingga sistem kesehatan. Peringatan ini menjadi momen refleksi atas berbagai tantangan yang masih dihadapi para ibu, termasuk salah satu isu yang paling sering muncul yakni bayi yang menolak menyusu langsung dan lebih memilih susu formula.

Fenomena ini menjadi perhatian serius bagi ibu-ibu di seluruh dunia. Ketua Umum Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) Nia Umar, S.Sos., MKM., IBCLC, mengungkapkan bahwa penolakan bayi terhadap ASI kerap disebabkan oleh penggunaan dot atau pemberian susu formula sejak dini.

“Biasanya bayi yang menolak menyusu yaitu bayi-bayi yang sudah mengenal dot terlebih dahulu, karena kalau dikenalkan di awal, sang bayi pasti lebih memilih dot karena mereka tidak perlu usaha keras untuk menyedot susunya,“ jelas Nia.

Ia menegaskan bahwa menyusu langsung dari payudara memang membutuhkan usaha lebih dari bayi, baik dari segi hisapan maupun koordinasi motorik mulut. Sementara dot atau botol susu menyuplai cairan dengan lebih cepat tanpa banyak usaha. Inilah yang menyebabkan bayi bisa mengalami kebingungan puting (nipple confusion), sebuah kondisi yang membuat bayi bingung membedakan cara menyusu dari payudara dan dari botol.

Menurut Nia, kondisi ini banyak terjadi pada ibu yang mengalami keterlambatan produksi ASI di awal kelahiran, yang kemudian disarankan oleh beberapa tenaga medis untuk memberikan susu formula sebagai pendamping. Meski tujuannya baik, langkah ini bisa berdampak jangka panjang jika tidak diimbangi dengan edukasi dan pendampingan menyusui.

“Lebih baik dicari tahu dulu, mencari pendampingan di konselor dulu, dilihat dulu, apakah kesalahan dari cara menyusuinya atau apa. Jadi tidak langsung diberikan susu formula, dan itu harus sesuai dengan saran dokter karena semua ada tekniknya. Dan semuanya bisa didampingi oleh konselor laktasi,“ tuturnya.

 

Nia menyarankan agar para ibu tidak langsung mengambil keputusan untuk beralih ke susu formula ketika menghadapi tantangan menyusui. Sebaliknya, perlu dilakukan evaluasi menyeluruh terhadap teknik menyusui, posisi pelekatan, dan kondisi emosional ibu, yang semuanya bisa memengaruhi keberhasilan menyusui.

Salah satu solusi yang dapat diupayakan adalah proses relaktasi, yaitu mengembalikan kemampuan bayi untuk menyusu langsung meskipun sebelumnya sempat berhenti. Menurut Nia, relaktasi sangat mungkin dilakukan, terutama jika usia bayi masih dalam rentang beberapa bulan pertama.

Pendampingan bisa dilakukan di rumah oleh konselor menyusui bersertifikat. Namun jika kondisi bayi sudah lebih besar atau ada komplikasi tambahan, maka diperlukan bantuan tenaga laktasi profesional, bahkan kadang dengan bantuan farmakologis yang diresepkan dokter.

“Jadi kalau bisa jangan langsung menerima atau menolak tetapi ditanya dahulu dicari tahu mengapa saya harus memberikan susu formula, apakah ada cara lain, dan lainnya,“ ujarnya.

Pekan Menyusui Sedunia 2025 menjadi pengingat bahwa menyusui bukan hanya tanggung jawab ibu, tetapi perlu dukungan dari lingkungan keluarga, fasilitas kesehatan, dan masyarakat luas. Nia berharap semakin banyak pihak yang peduli terhadap pentingnya perlindungan dan promosi menyusui, agar para ibu di Indonesia bisa merasa lebih kuat dan tidak sendirian dalam menjalani proses menyusui yang sering kali tidak mudah.

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Women lainnya