Lebih lanjut, Chef Renatta awalnya sempat merasa ragu dengan elemen butter yang digunakan. Ia khawatir rasa akan terlalu berminyak.
Namun perpaduan cerdas dengan kentang sebagai alas membuat semua elemen menyatu dengan baik.
“Saya awalnya sedikit skeptikal karena it’s just the butter. Bukan butter dengan sour cream, saya agak ngeri ini akan menjadi too greasy. Tapi untungnya dengan potato, yang memang mudah menyerap lemak, jadinya it’s nice.”
Chef Juna: "Oke Fajar. Nice dish."
Sementara itu, Chef Juna yang juga terkenal tajam dalam kritik, memberikan apresiasi atas keseluruhan konsep dan rasa dari hidangan tersebut. Baginya, ayam dan butter yang menjadi fokus utama tidak perlu lagi diperdebatkan.
“Oke Fajar. Nice dish. Untuk herbs, butter, the chicken, nggak usah dibicarakan, it’s nice,” kata Chef Juna tegas.
Namun demikian, Chef Juna memberi sedikit catatan pada elemen salad yang dinilainya kurang menyatu dengan hidangan utama.
“Saladnya memang tidak cocok, jadi kayak vegetable sendiri ya,” ujarnya menambahkan.
Pujian demi pujian yang diterima Fajar pada babak grand final tak lantas membuat posisi Hovit tergeser dengan mudah.
Kedua finalis tampil luar biasa sejak awal kompetisi dan sama-sama menunjukkan perkembangan pesat.
Keduanya memiliki kekuatan masing-masing, Fajar dengan pendekatan flavor-forward dan teknik matang, sementara Hovit dikenal dengan plating estetis dan inovasi dalam bahan lokal.
Lantas, apakah performa gemilangnya cukup untuk mengalahkan Hovit dan mengantarkannya meraih gelar The Next MasterChef Indonesia? Semua mata kini tertuju pada pengumuman hasil akhir yang paling dinanti.
(Kemas Irawan Nurrachman)