Saat dunia dilanda COVID-19, Taiwan tak tinggal diam. Meski dikecualikan dari WHO, Taiwan tetap aktif membantu banyak negara, termasuk Indonesia, dengan menyumbangkan peralatan medis penting seperti ventilator dan tabung oksigen.
Taiwan juga mengembangkan sistem deteksi dini menggunakan big data dan kecerdasan buatan, yang terbukti efektif menekan laju penyebaran virus.
Tidak hanya itu, Taiwan telah menyesuaikan sistem kesehatannya dengan rekomendasi WHO, dari pelayanan kesehatan primer hingga pengendalian penyakit menular dan tidak menular.
Taiwan adalah bukti nyata bahwa komitmen pada kesehatan global tak harus menunggu keanggotaan formal.
Tahun 2024 menandai babak baru dengan revisi Peraturan Kesehatan Internasional (IHR) dan rencana pengesahan Pandemic Agreement.
Inilah momentum emas bagi WHO untuk menunjukkan bahwa organisasi ini sungguh berpegang pada prinsip profesionalisme dan inklusivitas.
Sudah saatnya dunia, termasuk Indonesia, bersikap lebih terbuka dan pragmatis dalam mendukung partisipasi Taiwan. Ini bukan soal geopolitik, melainkan kemanusiaan.
Ketika kita bersatu untuk visi "Kesehatan adalah Hak Asasi Manusia", tidak seharusnya ada pihak yang ditinggalkan.
Partisipasi Taiwan dalam WHO bukan hanya soal pengakuan, tetapi tentang memperkuat pertahanan kolektif dunia terhadap krisis kesehatan di masa depan.
Taiwan telah membuktikan diri sebagai mitra tepercaya dalam solidaritas kesehatan global.
Kini, dunia tinggal menjawab satu pertanyaan: Apakah kita cukup bijak untuk menyambut tangan yang terbuka demi keselamatan bersama?
(Kemas Irawan Nurrachman)