“Dengan mengidentifikasi lonjakan, ini memberi mereka kesempatan untuk lebih proaktif dengan pilihan makanan dan kebiasaan gaya hidup lainnya,” kata Dr. Falguni.
Di sisi lain, Dr. Natalie Cameron dari Northwestern Medicine menyatakan kekhawatirannya bahwa, perangkat ini mungkin membuat beberapa pengguna terlalu cemas terhadap kesehatan mereka. “Untuk waktu yang terbatas, ini mungkin membantu meningkatkan kesadaran, tetapi pengukuran berlebihan dapat membuat orang yang sudah sehat menjadi cemas,” kata Dr. Natalie.
Seorang pengguna bernama Larry Colen, pria berusia 64 tahun asal Riverside, California, merasa sangat terbantu dengan perangkat ini. Setelah didiagnosis pradiabetes, ia menggunakan sensor glukosa untuk memantau kadar gula darah secara langsung, yang membantunya menjaga pola makan sehat.
“Saya benar-benar merasa bahwa jika setiap orang, berisiko diabetes atau tidak, memakainya selama beberapa minggu selama setahun mulai dari usia 40, dan menggunakan lebih awal bagi mereka yang berisiko diabetes, ribuan, atau jutaan, orang akan memiliki kesempatan untuk mengubah gaya hidup dan mencegah diabetes akan lebih baik, daripada menanganinya setelah terjadi,” kata Larry.
(Kemas Irawan Nurrachman)